Rabu, 18 Mei 2011

Ruang Lingkup Materi Al-quran Hadits Mts / MA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam sebuah mata pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik, tentunya sebagai seorang guru harus terlebih dahulu mengerti kira-kira apa saja bahan materi serta sejauh mana ruang lingkupnya yang akan disampaikan. Karena dalam proses pembelajaran kita tidak boleh mengajarkan sesuatu yang keluar dari scope atau ruang lingkupnya, jadi sesulit apapun materi yang akan disampaikan harus tetap dalam koridor mata pelajaran tersebut. Salah satu contoh Kali ini kami akan membahas tentang ruang lingkup mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits MTS/MA. Oleh karena itu untuk lebih jelasnya akan kami jelaskan dalam pembahasan dibawah ini. Agar sebagai seorang guru kita tidak bingung dalam menentukan apa yang akan kita sampaikan kepada peserta didik.
B. RUMUSAN MASALAH
a) Apa saja ruang lingkup mata pelajaran Al-qur’an dan hadits MTS/MA?
b) Apa Masalah dasar-dasar ilmu al-Qur’an dan al-Hadits?
c) Apa Tema-tema yang ditinjau dari perspektif al-Qur’an dan al-hadits?
d) Apa tujuan Mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits bagi siswa?
e) Bagainmana Contoh aplikasi ruang lingkup mata pelajaran Al-qur’an dan hadits?


C. TUJUAN
a) Untuk menjelaskan ruang lingkup mata pelajaran Al-qur’an dan hadits MTS/MA.
b) Untuk menjelaskan Apa Masalah dasar-dasar ilmu al-Qur’an dan al-Hadits.
c) Untuk menjelaskan Tema-tema yang ditinjau dari perspektif al-Qur’an dan al-hadits.
d) Untuk menjelaskan tujuan Mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits bagi siswa.
e) Untuk menjelasakan Bagainmana Contoh aplikasi ruang lingkup mata pelajaran Al-qur’an dan hadits.
D. MANFAAT
Agar sebagai guru kita tidak bingung dengan materi yang akan kita sampaikan kepada peserta didik khususnya dalam pelajaran Al-qur’an hadits.








BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Pembelajaran Al-Qur’an-Hadits MTS/MA
Dalam mata pelajaran al-qur’an dan hadits ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut :
1) Menjelaskan tentang ayat-ayat Al-qur’an dan hadits
Maksudnya adalah ayat-ayat Al-qur’an atau hadits yang diambil sebagai bahan materi atau bahan ajar yang telah disesuaikan dengan tingkat pendidikan baik di MTS maupun MA.
2) Mufrodat
Untuk mufrodat, biasanya tidak disebutkan semuanya melainkan hanya beberapa mufrodat saja yang dianggap sukar bagi siswa. Hal ini bertujuan untuk memudahkan para peserta didik dalam hal pemahaman. Karena mereka tahu arti mufrodatnya.

3) Terjemah
Adalah menyalin atau memindahkan daripada suatu bahasa kepada bahasa yang lain, mengalihbahasakan . Dengan ini akan membantu siswa dalam memahami ayat Al-qur’an dan hadits yang berkaitan dengan mata pelajaran karena menghafalkam terjemah biasanya lebih mudah daripada teks aslinya.
4) Tafsir atau penjelasan
Tafsir atau penjelasan ini juga dapat membantu siswa dalam memahami ayat Al-qur’an dan hadits yang berkaitan dengan mata pelajaran karena menghafalkan saja tidak cukup, harus dengan memahami atau menjelaskan. Karena dengan menjelaskan materi akan lebih kuat tersimpan dalam ingatan siswa dan sulit terlupakan.
5) Tajwid
Pengertian Tajwid menurut bahasa (ethimologi) adalah: memperindah sesuatu.
Sedangkan menurut istilah, Ilmu Tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara
bacaan Al-Quran dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari
kesalahan membaca. Belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah, sedang membaca
Al-Quran dengan baik (sesuai dengan ilmu tajwid) itu hukumnya Fardlu ‘Ain.

B. Masalah dasar-dasar ilmu al-Qur’an dan al-Hadits, meliputi:
1. Pengertian al-Qur’an menurut para ahli
2. Pengertian hadits, sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi
3. Bukti keotentikan al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan redaksinya, kemukjizatannya, dan sejarahnya
4. Isi pokok ajaran al-Qur’an dan pemahaman kandungan ayat-ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-Qur’an
5. Fungsi al-Qur’an dalam kehidupan
6. Fungsi hadits terhadap al-Qur’an
7. Pengenalan kitab-kitab yang berhubungan dengan cara-cara mencari surat dan ayat dalam al-Qur’an
8. Pembagian hadis dari segi kuantitas dan kualitasnya
C. Tema-tema yang ditinjau dari perspektif al-Qur’an dan al-hadits, yaitu:
1. Manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi.
2. Keikhlasan dalam beribadah
3. Nikmat Allah dan cara mensyukurinya
4. Perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup
5. Pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa
6. Berkompetisi dalam kebaikan.
7. Amar ma ‘ruf nahi munkar
8. Ujian dan cobaan manusia
9. Tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat
10. Berlaku adil dan jujur
11. Toleransi dan etika pergaulan
12. Makanan yang halal dan baik
13. Ilmu pengetahuan dan teknologi.
D. Mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap al-Qur’an dan hadits
2. Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan
3. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan al-Qur’an dan hadits yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang al-Qur’an dan hadits.
E. Contoh ruang lingkup mata pelajaran Al-qur’an dan hadits
 Contoh Al-qur’an
a) Ayat Al-qur’an tentang amar ma’ruf nahi mungkar, QS.Al-Imran : 110

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
b) Mufrodat
Umat : أُمَّةٍ
Menyuruh : تَأْمُرُونَ
Mencegah : وَتَنْهَوْنَ
Beriman : وَتُؤْمِنُون

c) Terjemah
Artinya “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka ada yang beriman, dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik”.

d) Tafsir atau penjelasan
Ayat tersebut menjelaskan bahwa umat yang paling baik di dunia ini adalah umat yang mempunyai dua sifat utama, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemunkaran dan senantiasa beriman kepada Allah SWT.

e) Tajwid
• أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ adalah bacaan idhar, karena ada tanwin bertemu dengan salah satu huruf halqi (ا,ع,غ,ح,خ,ه).
• عَنِ الْمُنكَرِ adalah contoh bacaan ikhfa’, karena ada nun sukun bertemu dengan salah satu huruf ihfa’ yaitu” ك “.

 Contoh hadits
a) Hadits tentang amar ma’ruf nahi mungkar

عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
[رواه مسلم]
b) Mufrodat
Mendengar : سَمِعْتُ
Melihat : رَأَى
Maka rubahlah! : فَلْيُغَيِّر

c) Terjemah
Artinya: “Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman”. (Riwayat Muslim)
d) Tafsir atau penjelasan
Hadits diatas menjelaskan bahwasannya jikalau kita menjumpai kemungkaran maka rubahlah! (cegahlah!) dengan tangan kita, jikalau tidak bias maka dengan lisan dan jikalau tidak bias lagi tolaklah dengan hati kita.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits diatas :
1. Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya.
2. Ridho terhadap kemaksiatan termasuk diantara dosa-dosa besar.
3. Sabar menanggung kesulitan dan amar ma’ruf nahi munkar.
4. Amal merupakan buah dari iman, maka menyingkirkan kemunkaran juga merupakan buahnya keimanan.
5. Mengingkari dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim, sedangkan pengingkaran dengan tangan dan lisan berdasarkan kemampuannya.

e) Tajwid
• مَنْ رَأَى adalah contoh bacaan idghom bilagunnah, karena ada nun sukun bertemu dengan salah satu huruf idghom bilagunnah yaitu “ر”.







BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahwa dalam pembahasan kali ini adalah tentang ruang lingup mata pelajaran Al-qur’an dan hadits dan ada beberapa komponen yang perlu kita perhatikan, antara lain :
 Materi ayat Al-qur’an/ hadits
 Mufrodat/ arti kata-kata
 Terjemah
 Tafsir/ penjelasan
 tajwid

B. KRITIK DAN SARAN

Kami selaku pemakalah dari awal sadar akan banyaknya kekurangan yang ada pada makalah kami ini, oleh karena itu berbagai kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan solutif akan kami terima dari teman-teman semuanya.




DAFTAR PUSTAKA

Dhesmae. (2011, 04). Memahami Ayat-Ayat Al-Qur'an. Retrieved 05 Selasa, 17, From Dhesmae.Blogspot: Http://Dhesmae.Blogspot.Com/2011/04/Memaham- Ayat-Aya- Al-Qur'an-Tentang.Html
Haditsarbain. (2007, 06 09). Hadits 34 Amar Ma'ruf Nahi Mungkar. Retrieved 05 Selasa, 2011, From Haditsarbain.Wordpress.Com: Http://Haditsarbain.Wordpress.Com/2007/06/09/Hadits-34-Amar-Maruf-Nahi-Munkar/
Izaskia. (2010, 03 17). Ruang Lingkup Pembelajaran Quran Hadits Madrasah Aliyah. Retrieved 05 Selasa, 2011, From Izaskia.Wordpress.Com: Http://Izaskia.Wordpress.Com/2010/03/17/Ruang-Lingkup-Pembelajaran-Qur%E2%80%99an-Hadits-Madrasah-Aliyah/

Selasa, 17 Mei 2011

DILARANG MEROKOK !!!


DAFTAR ISI
PEMBUKAAN …………………………………………………..…………… 2
TEMBAKAU …………………………………………………………..……....2
Sekilas Sejarah …………………………………………………………. 2
Berbagai Macam Cara Merokok……………………………………… . 3 
Kandungan Rokok…………………………………………………. ….3
Motivasi Merokok ………………………………………………………3
BERBAGAI MACAM PENYAKIT AKIBAT MEROKOK……………….4
Wanita Dan Rokok ……………………………………………………...7
Anak-Anak Dan Bahaya Rokok………………………………………....7
SIKAP ISLAM TERHADAP ROKOK ………………………………………8
Keuntungan Meninggalkan rokok ……………………………………..10
BAGAIMANA MENGHINDAR DARI ROKOK …………………………10
LAMPIRAN …………………………………………………………………….15
REFERENSI…………………………………………………………………….18
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….19
PEMBUKAAN
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على سيدنا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:

Tidak diragukan lagi bahwa bahaya rokok semakin besar hingga sampai pada taraf mengancam kehancuran sebuah bangsa.
Mengingat besarnya kampanye anti rokok di barat, maka banyak perusahaan-perusahaan produsen rokok mengarahkan pemasarannya ke negara-negara berkembang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 52 % dari seluruh produk rokok di dunia ini.•
Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa tingkat kematian yang diakibatkan karena mengkonsumsi rokok mencapai 2,5 juta orang pertahun.
Sementara itu jumlah korban untuk kasus yang sama di Amerika Serikat tahun 1987 mencapai 350.000 orang, sedangkan di Inggris pada tahun 1997 mencapai 100.000 orang.••
Jumlah korban dan penderita penyakit yang diakibatkan dari mengkonsumsi rokok kian hari kian bertambah. Lebih parah lagi adanya data yang menyebutkan bahwa 30% sampai 40% dari mereka sudah mulai kecanduan pada usia dibawah lima belas tahun.
Dalam buku yang kecil ini kami berusaha untuk menyampaikan pandangan tentang bahaya tersebut dan sikap syariat kita serta metode untuk menghindarinya.



TEMBAKAU

Dia adalah sejenis tumbuhan dari bangsa Terong, memiliki batang berwarna gelap dan berbentuk silinder, daunnya berbentuk lonjong besar dan agak lengket, berbau tak sedap dan menyengat, didalamnya terkandung berbagai unsure kimia, diantaranya: Nikotin, Baridin, Potas , Nikotianin , Kolilidin, Edrogen, Karbon Oksida, Asam Prosik, Semuanya merupakan racun yang membahayakan.( )

Kilas Sejarah
Tembakau berasal dari benua Amerika, hingga sekarang belum diketahui pasti kapan penduduk benua itu mulai mengkonsumsi tembakau. Disebagian penggalian arkeologi di Amerika ditemukan pipa rokok keramik yang menunjukkan tahun sekitar 600 sebelum Masehi.
Ketika Christopper Colombus bersama orang dari Spanyol tiba pertama kali di Amerika Tengah sebagai penemu benua baru tahun 1492 M, mereka sudah mengenal rokok, maka setelah itu menyebarlah rokok di benua Eropa.( )
Ada yang mengatakan bahwa kalimat tembakau berasal dari kata “Tobago” yang berarti pipa rokok dalam bahasa Indian, ada juga yang mengatakan bahwa “Tobago” adalah nama sebuah pulau di teluk Mexiko yang padanya terdapat tembakau dan kemudian dibawa ke Spanyol.

Berbagai Macam Cara Merokok.
1. Cara keretek/cerutu
2. Menggunakan pipa (cangklong)
3. Syisyah (menggunakan pipa panjang)
4. Dikunyah (kunyahan yang mengandung nikotin)
5. Dihirup.
6. Dicium (menggunakan campuran sejenis abu dan tembakau)

Rokok mengandung sekian banyak zat kimia yang mengakibatkan banyak penyakit, akan kami sebutkan disini beberapa yang penting saja:
* Nikotin: Merupakan zat kimia beracun, memiliki susunan seperti alkali. Unsur inilah yang paling banyak pengaruhnya bagi para perokok (60 gram dari unsur ini, seandainya diberikan sekaligus kepada manusia lewat suntikan diurat nadinya, sudah cukup untuk mematikannya dalam beberapa saat)
* Tar: Benda yang lengket sejenis cat, biasa digunakan untuk pengaspalan jalan, Tar ini berguna untuk menyalakan tembakau akan tetapi dapat mengakibatkan penyumbatan pada saluran pernapasan.
* Karbon Monoksida dan Karbon Dioksida: yang dihasilkan dari proses pembakaran tembakau dan kertas pembungkus rokok, zat ini sangat berbahaya bagi kesehatan .( )
* Zat Methanol
* Baridin
* Nitrogen Oksida
* Gas Amoniak Kaustik

Motivasi Merokok
Universitas Southampton di Inggris telah mengadakan sebuah kajian tentang sebab-sebab orang merokok, hasilnya menunjukkan bahwa seseorang menjadi perokok secara umum memiliki motivas-motivasi seperti berikut diantaranya:
1. Mengurangi ketegangan syaraf dan menghilangkan rasa lelah.
2. Mengendorkan persendian dan mendapatkan kelegaan setelah merokok.
3. Merokok untuk menyendiri, sebagian orang akan merasakan kenikmatan merokok seorang diri yang jauh dari pandangan orang lain.
4. Merokok setelah atau sambil beraktifitas, seperti merokok setelah makan, atau setelah minum kopi atau teh.
5. Merokok sebagai pengganti makanan, karena merokok dapat mengurangi nafsu makan sehingga konsumsi makanannya berkurang.
6. Merokok sebagai sikap sosial, yaitu jika berkumpul bersama temam-teman, terlebih lagi jika dalam sebuah acara tertentu.
7. Merokok untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Ada orang-orang yang apabila ditimpa kegundahan, kesempitan atau rasa cemas dalam satu masalah segera menyalakan rokok untuk menghindarinya.
Dan berdasarkan penelitian di Universitas King Sa’ud (Saudi Arabia), menyebutkan beberapa sebab yang mendorong seseorang untuk merokok, diantaranya:
1. Anak yang mencontoh perbuatan bapaknya yang merokok dan tidak adanya larangan dari orang tuanya.
2. Bergaul bersama para perokok, khususnya pada usia menjelang dewasa.
3. Ingin menampilkan kejantanannya pada usia muda.
4. Rasa gelisah dan gundah yang diiringi dengan kekosongan rohani ditambah waktu luang yang menjadikan seseorang ingin lari darinya dengan berbagai macam cara.
5. Tidak adanya pemahaman yang cukup tentang bahaya rokok.
6. Lemahnya dorongan keimanan dalam hati sehingga membuat seseorang tidak memperdulikan apa yang akan menimpa dirinya.


BERBAGAI MACAM PENYAKIT
AKIBAT MEROKOK

Merokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit yang mengakibatkan kematian. Dapat kita klasifikasikan berdasarkan organ tubuh yang terkena penyakit:

 Penyakit yang menyerang hati dan organ sirkulasi:
Penyakit-penyakit ini secara mendasar berkaitan langsung akibat mengkonsumsi rokok:
1. Penyempitan pembuluh darah koroner (nyeri pada dada yang sangat parah), penggumpalan hati dan bisa menyebabkan kematian mendadak.
2. Pembekuan pembuluh darah pada otak
3. Gangguan sirkulasi darah pada anggota tubuh yang mengakibatkan pembekuan serta amputasi pada betis atau Gargarina.


 Penyakit-penyakit pada organ pernapasan:
Penyakit ini juga berkaitan secara langsung akibat mengkonsumsi rokok:
1. Kanker Paru-Paru.
2. Kanker Tenggorokan.
3. Radang Rongga Tenggorokan yang akut.
4. Radang Rongga Hidung dan alergi pada hidung.
5. Asma dan berbagai macam bentuk alergi.

 Penyakit-Penyakit Kejiwaan.
1. Kesedihan kejiwaan.
2. Kegamangan kejiwaan.
3. Tempramen yang labil.
4. Gangguan tidur.
5. Lemahnya selera.
6. Rasa cemas dan emosional.
Berikut data statistik yang dilakukan di Inggris tentang tingkat kematian pertahun perseratus ribu orang penduduk serta penyebabnya dan cara penggunaan rokok* :

Penyakit Tingkat. kematian Tingkat kematian pada perokok
kretek (sigaret)

pipa 1-14 15-24 25 kretek
kretek kretek kretek lebih
Kanker paru-paru 10 58 78 127 251
Kanker organ
pernafasan 1 9 5 7 33
Radang rongga kronis & Infezima 3 28 51 78 114
Serangan jantung 413 425 608 652 792
Gagal jantung 67 101 136 116 202
* Sumber : Jabir bin Salim Musa dkk, Al-Mukhoddirot (Al-Akhtor, Al Mukafahah, Al-Wiqoyah, Al-Ilaaj), hal. 153

Berikut data statistik dari penelitian yang dilakukan di Amerika tentang tingkat kematian pertahun yang diakibatkan oleh penyakit yang disebabkan merokok pada mereka yang berusia diatas dua puluh tahun*:


Penyakit Laki-laki Wanita
Meninggal
keseluruhan Meninggal
karena
merokok Meninggal
keseluruhan Meninggal
karena
merokok

Kanker bibir,mulut & tekak 5754 3958 2689 1110
Kanker saluran makanan 6310 1717 1345 1257
Kanker perut 7368 1455 5772 1469
Kanker Pankreas 11513 3459 11634 1653
Kanker tenggorokan 2959 2385 664 247
Kanker paru-paru, saluran pernapasan & tenggorokan 82459 65659 36227 17170
Kanker kandung kemih 6597 2447 3114 853
Kanker ginjal 5424 1319 3403 304
Tekanan darah tinggi 13464 2099 17855 2645
Sakit jantung 78340 22362 27000 4892
Pengerasan pembuluh darah 9235 2200 15216 4797
Radang paru-paru dan Influenza 28774 5986 28935 2679
Radang saluran pernapasan yang akut dan Infezima 10708 9097 5517 3831
Tersumbatnya saluran pernafasan yang akut 31240 26541 26525 11545
• Sumber : Jabir bin Salim Musa, Al-Mukhoddirot …, hal 13

 Penyakit-penyakit yang menimpa organ pencernaan:
Perokok dengan segala macam caranya akan mengalami hal berikut:
1. Radang Mulut, bibir, lidah dan rahang serta Radang gigi, gusi dan pecahnya email (lapisan gigi).
2. Kanker mulut, bibir, lidah, rahang dan gusi.
3. Kanker Tekak.
4. Kanker Saluran Makanan.
5. Kanker Pankreas.
6. Radang saluran pernapasan dan Tekak.
7. Radang dan luka pada lambung dan usus dua belas jari.

 Penyakit yang menimpa mata:
1. Radang selaput ikat mata.
2. Radang selaput pelangi mata.
3. Bertambahnya alergi pada mata.
4. Melebarnya pupil mata akibat pengaruh nikotin dan cahaya yang rusak.
5. Radang saraf dan terhentinya pertumbuhan pada mata yang dapat mengakibatkan rabun mata .

 Penyakit yang menimpa sistim saluran air kencing:
1. Tumor jinak pada kandung kemih.
2. Kanker pada kandung kemih (penyakit ini kian bertambah jika seseorang mengidap Billharsia).
3. Kanker Ginjal.

 Bahaya merokok pada kehidupan seksual:
Merokok berdampak buruk terhadap sperma, terutama bagi mereka yang mengalami lemah sperma, dapat mengakibatkan kemandulan dan dapat mengakibatkan kelemahan seksual bagi perokok berat.

 Wanita dan Rokok
Wanita perokok juga berpotensi sama mengidap penyakit yang telah disebutkan terdahulu, disamping itu mereka juga akan mengidap penyakit yang khusus terhadap wanita:
1. Berpeluang besar terkena kanker leher rahim.
2. Sering mengalami keguguran
3. berkurangnya timbangan bayi yang dilahirkan.
4. Berpeluangnya kematian bayi dan keguguran.

 Anak-anak dan Bahaya rokok.
Anak-anak yang menjadi perokok pasif (tidak merokok, tapi dekat/menghirup asap orang yang merokok) karena kedua orang tuanya atau salah satunya merokok akan mendatangkan beberapa penyakit terhadap mereka, diantaranya:
1. Berpeluang besar terkena radang paru-paru, khususnya bagi bayi yang menyusui.
2. Berpeluang terkena alergi pada organ pernapasan (hidung, rongga hidung, saluran udara)
3. Lambatnya petumbuhan fisik dan otak jika dibandingkan dengan anak-anak yang kedua orang tuanya tidak merokok.
Adapun anak-anak yang sudah merokok, maka kemungkinan mereka terkena penyakit diatas menjadi dua kali lipat.


SIKAP ISLAM
TERHADAP ROKOK

Sesungguhnya Allah ta’ala mengutus nabi Muhammad dengan petunjuk-Nya dan agama yang hak, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya dan membersihkan serta mensucikan hati mereka dari kotoran kekufuran dan kefasikan dan membebaskan mereka dari belenggu penghambaan kepada selain Allah ta’ala.
Dia (Rasulullah  membersihkan manusia dari kesyirikan dan kehinaan kepada selain Allah dan memerintahkannya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dengan merendahkan diri dan mencintai-Nya dan meminta serta memohon kepada-Nya dengan penuh harap dan takut. Dia juga mensucikan manusia dari setiap kebusukan maksiat dan perbuatan dosa, maka dia melarang manusia atas setiap perbuatan keji dan buruk yang dapat merusak hati seorang hamba dan mematikan cahayanya dan agar menghiasinya dengan akhlak mulia dan budi perkerti luhur serta pergaulan yang baik untuk membentuk pribadi muslim yang sempurna. Maka dari itu dia menghalalkan setiap sesuatu yang baik dan mengharamkan setiap yang keji, baik makanan, minuman, pakaian, pernikahan dan lainnya.
Termasuk yang diharamkan karena dapat menghilangkan kesucian adalah merokok, karena berbahaya bagi fisik dan mengdatangkan bau yang tidak sedap, sedangkan Islam adalah (agama) yang baik, tidak memerintahkan kecuali yang baik. Seyogyanya bagi seorang muslim untuk menjadi orang yang baik, karena sesuatu yang baik hanya layak untuk orang yang baik, dan Allah ta’ala adalah Maha Baik tidak menerima kecuali yang baik.
Berikut akan kami kemukakan beberapa fatwa dari para ulama terkemuka tentang hukum rokok :
 “Merokok hukumnya haram, begitu juga memperdagangkannya. Karena didalamnya terdapat sesuatu yang membahayakan, telah diriwayatkan dalam sebuah hadits :
 لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ  أخرجه الإمام أحمد في المسند ومالك في الموطأ وابن ماجة
“ Tidak (boleh melakukan/menggunakan sesuatu yang) berbahaya atau membahayakan” (Riwayat Ahmad dalam Musnadnya, Malik dan Atturmuzi)
Demikian juga (rokok diharamkan) karena termasuk sesuatu yang buruk (khabaits), sedangkan Allah ta’ala ketika menerangkan sifat nabi-Nya  berfirman: “dia menghalalkan bagi mereka yang baik dan mengharamkan yang buruk“ (al A’raf : 175)

Panitia Tetap Lembaga Riset Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia.
Ketua: Abdul Aziz bin Baz
Wakil Ketua: Abdurrazzak Afifi.
Anggota: Abdullah bin Ghudayyan –
Abdullah bin Quud.



 “Merokok diharamkan, begitu juga halnya dengan Syisyah, dalilnya adalah firman Allah ta’ala: “Jangan kalian bunuh diri kalian sendiri, sesungguhnya Allah maha penyayang terhadap diri kalian “ (An-Nisa : 29)
“ Jangan kalian lemparkan diri kalian dalam kehancuran” (Al-Baqarah : 195)
Dunia kedokteran telah membuktikan bahwa mengkonsumsi barang ini dapat membahayakan, jika membahayakan maka hukumnya haram. Dalil lainnya adalah firman Allah ta’ala:
 وَلاَ تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمْ الَّتِى جَعَلَ اللهُ لَكُمْ قِيَامًا  النساء : 5
“ Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan..” (An Nisa:5)
Kita dilarang menyerahkan harta kita kepada mereka yang tidak sempurna akalnya karena pemborosan yang mereka lakukan. Tidak diragukan lagi bahwa mengeluarkan harta untuk membeli rokok atau syisyah merupakan pemborosan dan merusak bagi dirinya, maka berdasarkan ayat ini hal tersebut dilarang.
Sunnah Rasulullah juga menunjukkan pelarangan terhadap pengeluaran harta yang sia-sia, dan mengeluarkan harta untuk hal ini (rokok dan syisyah) termasuk menyia-nyiakan harta. Rasulullah  bersabda:
 لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ 

Syekh Muhammad bin Sholeh bin ‘Utsaimin
Anggota Lembaga Majlis Ulama Kerajaan Saudi Arabia


 “Telah dikeluarkan sebuah fatwa dengan nomor: 1407, tanggal 9/11/1396H, dari Panitia Tetap Lembaga Riset Ilmiah dan Fatwa di Riyadh, sebagai berikut:
“Tidak dihalalkan memperdagangkan rokok dan segala sesuatu yang diharamkam karena dia termasuk sesuatu yang buruk dan mendatangkan bahaya pada tubuh, rohani dan harta. Jika seseorang hendak mengeluarkan hartanya untuk pergi haji atau menginfakkannya pada jalan kebaikan, maka dia harus berusaha membersihkan hartanya untuk dia keluarkan untuk beribadah haji atau diinfakkan kepada jalan kebaikan, berdasarkan umumnya firman Allah ta’ala:
 يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمِ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ اْلأَرْضِ وَلاَ تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيْهِ إِلاَّ أَنْ تُغْمِضُوا فِيْهِ  (ألبقرة:267)
“ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata darinya “ (Al Baqarah: 267)
Rasulullah  berasabda:
“ Sesungguhnya Allah Maha Baik, tidak akan menerima kecuali yang baik “ (al Hadits)
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.


KEUNTUNGAN MENINGGALKAN ROKOK

1. Kecil kemungkinan menderita pembekuan pembuluh darah.
2. Kecil kemungkinan menderita pembekuan hati.
3. Kecil kemungkinan menderita kanker paru-paru dan kandung kemih.
4. Memperbaiki pernafasan dan saluran darah, serta meningkatkan kemampuan bergerak dan kelenturan tubuh.
5. Meningkatkan kekebalan tubuh yang dapat menangkal berbagai macam alergi dan penyakit pencernaan.
6. Memperbaiki aroma dan kecukupan materi.
7. Terwujudnya udara rumah yang bersih yang dapat melindungi anak-anak dari berbagai penyakit.



BAGAIMANA CARA MENGHINDARI ROKOK ?

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari kebiasaan buruk yang telah menggerogoti tubuh masyarakat dan menggiring mereka kepada kehancuran.
Kami sebutkan beberapa yang paling penting diantaranya:

1. Berdoa.
* Allah ta’ala berfirman:
” Berdoalah kepadaKu niscaya akan Aku kabulkan “ (Ghafir : 60)
* Dari Abi Hurairah radiallahuanhu berkata: Rasulullah  bersabda :
 لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمُ عَلَى اللهِ مِنَ الدُّعَاءِ  أخرجه أحمد والترمذى والحاكم
“ Tidak ada yang lebih mulia disisi Allah selain doa” (Riwayat Ahmad, Turmuzi dan Hakim)
* Rasulullah  bersabda:
 دَاوُوا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ وَحَصِّنُوا أَمْوَالَكُمْ بِالزَّكَاةِ وَأَعِدُّوا لِلْبَلاَءِ بِالدُّعَاءِ  أخرجه البيهقي والطبراني فى الكبير.
“ Obatilah orang-orang sakit diantara kalian dengan shodaqoh dan lindungilah harta kalian dengan zakat dan bersiaplah menghadapi cobaan dengan doa” (Riwayat Baihaqi dan Tabrani)
* Dari Aisyah dia berkata: Rasulullah  bersabda :
لَنْ يَنْفَعَ حَذَرٌ مِنْ قَدَرٍ وَالدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ وَإِنَّ الْبَلاَءَ فَيَتَلَقَّاهُ الدُّعَاءُ فَيَعْتَلِجَانِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ أخرجه الحاكم
“ Kewaspadaan tidak berpengaruh bagi takdir, sedangkan doa bermanfaat terhadap apa yang telah diturunkan dan yang belum diturunkan, sesungguhnya cobaan jika disambut dengan doa akan bertarung sampai hari kiamat” (Riwayat Hakim)

2. Tawakkal Kepada Allah ta’ala.
Tawakkal memiliki kedudukan yang tinggi dan pengaruh yang besar, Allah ta’ala memerintahkan dan menganjurkan hambanya untuk bertawakkal pada ayat-ayat-Nya yang banyak. Dalam surat Ibrahim Dia berfirman:
“Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mu’min bertawakkal “ (Ali Imran : 122).
Dan Allah ta’ala telah menjamin bagi orang yang bertawakkal untuk mengurusi segala urusannya dan mencukupi segala keinginannya, sebagaimana firman-Nya: “Siapa yang bertawakkal kepada Allah maka Dia akan mencukupi segala keinginannya” (at Thalaq: 3)
Ibnu Rajab berkata dalam kita Jami’ al-Ulum, hal 409: “Hakikat tawakkal adalah bersandarnya hati secara benar kepada Allah ta’ala dalam rangka mendatangkan manfaat dan menjauhkan mudharat (bahaya) dalam urusan dunia ataupun akhirat, dia mewakilkan segala permasalahannya kepada Allah, Imannya dia wujudkan dengan (keyakinan) bahwa tidak ada yang memberi dan mencegah, mendatangkan mudharat atau manfaat selain Dia (Allah)”
Banyak orang yang berkeyakinan bahwa tawakkal kepada Allah berarti tidak perlu melakukan sesuatu yang menjadi sebab. Ini merupakan keyakinan yang keliru, Rasulullah  ketika ditanya seseorang: “Yaa Rasulullah apakah saya lepaskan (binatang) tunggangan saya dan kemudian saya bertawakkal ?“ beliau menjawab:” Ikatlah dahulu baru kemudian bertawakkal” (diriwayatkan oleh Thabrani , al Hakim dan Ibnu Hibban).
Seorang hamba wajib mengusahakan sebab segala sesuatu dan jangan berpangku tangan dalam rangka mewujudkan segala keinginannya tapi bertawakkallah kepada Allah pemilik segala urusan”
Semoga Allah ta’ala merahmati seorang penyair yang berkata:

تَوَكَّلْ عَلَى الرَّحْمَـنِ فِي كُلِّ حَاجَـةٍ
وَلاَ تُؤَثِّرَنَّ الْعَجْزَ يَوْمـًا عَلَى الطَّلَبِ
أَلَـمْ تَرَ أَنَّ اللَّــهَ قَــالَ لِمَرْيَـمَ
إِلَـيْكِ فَهُزِّيْ الْجَذْعَ يُسَاقِطُ الرُّطَبَ
وَلَوْ شَـاءَ أَنْ تَجْنِيْهِ مِـنْ غَيْرِ هَـزِّهَا
جَنَتْهُ وَلَكِـنْ كُلَّ شَـْيءٍ لَهُ سَبَـبَ

Bertawakkallah kepada Ar-Rahman (Allah) dalam setiap keperluan.
Janganlah biarkan kelemahan walaupun sehari untuk merusaknya.
Bukankah kamu mengetahui apa yang Allah katakan kepada Maryam
Guncangkanlah pangkal pohon korma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah korma yang masak kepadamu
Seandainya Allah menghendaki dia mendapatkan buah korma tanpa harus menggoyang pohonnya
Niscaya dia mendapatkannya, tetapi segala sesuatu harus ada sebabnya.

3. Menghentikannya Secara Spontan.
Upaya ini membutuhkan tekad yang kuat setelah tawakkal kepada Allah ta’ala, sebetulnya perkaranya mudah sekali tidak seperti yang dibayangkan banyak orang, hal tersebut dapat kita perhatikan pada bulan suci Ramadhan di siang hari (dimana banyak para perokok yang dengan mudah menghentikan kegiatan merokoknya). Disamping itu ada beberapa hal yang dapat membantu dalam cara ini, diantaranya:
1. tidak bergaul dengan orang-orang yang merokok.
2. tidak meminum sesuatu yang biasa diminum perokok saat merokok.
3. melakukan olah raga secukupnya.
4. banyak memakan sayur-sayuran dan buah-buahan.

4. Pengobatan Kejiwaan (Psychotheraphy)
Psychotheraphy merupakan salah satu cara pengobatan yang dapat membantu para perokok menghentikan kebiasaan merokoknya, yaitu dengan cara mengetahui faktor apa saja yang merangsang seseorang untuk merokok dan kemudian mengambil tindakannya atasnya, atau dengan cara mengurangi tindakan merokok dan meningkatkan kemampuan melakukan sesuatu tanpa harus menyalakan sebatang rokok, sebagaimana mungkin juga menimbulkan keengganan merokok dengan memberikan setruman listrik bertegangan rendah ketika dia hendak menyalakan sebatang rokok, demikian juga para dokter ahli jiwa melakukan beberapa terapi kejiwaan kepada para perokok yang dapat mengontrol prilakunya dan kemudian dapat menyembuhkannya.

5. Mencari Altertanif Lain.
Karena nikotin merupakan unsur yang menyebabkan seseorang perokok menjadi ketagihan, maka sesuatu yang memungkinkan bagi perokok untuk menghindari rokok dengan mengunyah sejenis permen yang mengandung nikotin atau sejenis benda yang mirip nikotin reaksinya akan tetapi tidak terus menerus, atau menggunakan larutan pencuci mulut atau sejenis tablet yang mengandung unsur yang dapat membantu para perokok menghentikan kebiasaannya. Atau dapat juga menggunakan siwak dengan selalu meletakkannya di mulut sebagai pengganti bagi perokok -secara kejiwaan- rokok yang biasa dia hisapnya..
Akan tetapi semua cara tersebut harus dilakukan dibawah pengawasan dokter dan pada umumnya hal ini akan memberikan hasil positif jika diiringi dengan terapi kejiwaan.

6. Menghentikannya Secara Bertahap
Seorang perokok dapat menghentikan kegiatan merokoknya dengan bertahap. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah konsumsi rokok sebatang atau dua batang setiap harinya. Juga dengan cara menggunakan filter yang dapat mengurangi kadar nikotin. Akan tetapi menghentikannya secara total lebih besar kemungkinan berhasilnya daripada cara bertahap.

7. Klinik Pemberantasan Rokok.
Didirikannya sejumlah klinik pemberantasan rokok adalah untuk membantu para perokok menghentikan kebiasaan merokok dengan menggunakan cara akupunktur China misalnya dilengkapi dengan berbagai metode yang membantu upaya tersebut seperti sentuhan setrum listrik yang dapat melahirkan perasaan kejiwaan berupa reaksi negatif bagi perokok terhadap bau dan rasa rokok.
8. Keluar dari Lingkungan Perokok.
Sekali waktu seorang perokok dapat meninggalkan dunianya yang sunyi dari rokok, hal tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan perjalanan bersama teman-teman yang baik dengan maksud menghindari rokok bersama-sama sambil berusaha mengisi waktu yang luang sebaik-baiknya sehingga tidak timbul kesempatan untuk berkeinginan merokok, dan dengan berusaha berulang kali untuk dapat meninggalkannya dalam beberapa hari terus menerus sambil menguatkan tekad untuk menghentikannya sama sekali dan menumbuhkan kesadaran akan kemampuannya untuk itu sehingga menumbuhkan usaha yang berlipat ganda.

9. Memperbanyak Bergaul dengan Orang-orang yang tidak merokok, menghadiri pertemuan-pertemuan dan acara-acara mereka sehingga timbul rasa malu dalam dirinya (untuk merokok) dihadapan mereka.

10. Tidak Putus Asa jika Mengalami Kegagalan.
Diketahui bahwa lebih dari 60% orang yang berusaha untuk menghentikan kegiatan merokoknya kembali melakukannya, akan tetapi upaya yang terus menerus serta mempelajari berbagai kelemahan pada akhirnya akan membuahkan keberhasilan. Orang yang memiliki tekad yang kuat adalah orang yang bersedia belajar dari kesalahan-kesalahannya dan tidak mengenal kata menyerah selamanya.


























SELAMAT…

Jika anda telah mengambil sikap untuk berhenti dari merokok, itu berarti anda adalah orang yang memiliki kesadaran dan memahami apa yang akan mengancam anda dari berbagai penyakit akibat merokok. Anda juga orang yang memiliki
tekad kuat dengan memilih tidak menjadi budak
dari kebiasaan buruk tersebut.


Kini tinggal anda bersiap-siap menghadapi tantangan berat yang ada di hadapan anda, yaitu: menahan keinginan (untuk melakukannya kembali) dan mengalahkannya.
Sesungguhnya hal ini adalah sebuah prestasi yang layak anda banggakan, maka segeralah mengumumkannya kepada rekan-rekan anda dan anggota keluarga anda, tetapkanlah waktu untuk melaksanakannya, jadikanlah sebagai sejarah yang anda rayakan karena kemenangan anda terhadap rokok. Jika telah tiba waktunya, robeklah bungkus rokok didepan teman-teman anda dan keluarga anda, dan injaklah dengan kedua kaki anda lalu ucapkanlah Takbir.
Boleh jadi pada awalnya anda akan mendapati kesulitan dan rintangan karena orang-orang yang dahulu adalah teman anda kini menjadi musuh anda, tidur anda menjadi tidak nyenyak, gelisah atau mungkin mengalami kegundahan. Tapi ingatlah bahwa manisnya sebuah kemenangan tidak akan dapat
dirasakan jika dapat dilakukan dengan mudah, dan musuhnya lemah, maka siapa yang terakhir tertawa
dialah yang dapat tertawa lebih banyak.

SEKALI LAGI, SELAMAT…




















DAFTAR KLINIK YANG ADA DIBERBAGAI TEMPAT DI KERAJAAN SAUDI ARABIA
Daerah Klinik Tel. Fax
Riyadh Riyadh 4656330 4657650
Klinik Fakultas Kedokteran
Jeddah Markaz Hayy Asy-Syathi’ 02-6545197 02-6870327
Tabuk RS. Jiwa 04-4235144
4232756 04-4232773
Klinik Dhaba 04-4320114 04-4321852
Al-Qasim Buraidah 06-3231232 06-3231232
Tha’if Klinik Tha’if 02-7475059 02-7363140
Al-Qaryat Klinik Al-Qaryat 04-6421260
04-6424956 04-6421360
Dammam Klinik Ad-Dammam 03-8417336 8273527
Madinah
Al Munawwarah RS. Malik Fahd 8226654 04-8226654
RS. Jiwa 8235460 04-8224811
Markaz Sihhi Bab Jibril 8266972 04-8226654
Markaz Sihhi Hayy
An-Nashr 8266091 04-8226654
Klinik Rumah Tahanan 04-8233556 -
Klinik Yanbu’ Al-Bahr 04-3226658 04-3227479
Hafr Al-Bathin Klinik Hafr Al-Bathin 03-7223750 03-7223226
Najran Klinik Najran 07-5225584 07-5321370
Makkah Klinik Makkah 02-5442400 02-5424449
Hail Markaz Sihhi Hayy Al-Jamiiyyin 06-5334720 06-5334724












Data para pengunjung klinik dan mereka yang berhasil meninggalkan kebiasaan merokok berdasarkan daerah, umur dan kewarganegaraan
DAERAH
Umur -15 th 15-24 th 25-45 th >45 th Total
Pengunjung Total
Sembuh
W.N P S P S P - S P - S
Riyadh Saudi 6 1 873 95 1212-106 521- 18 2604 220
Asing 71 1 111- 29 34- 4 216 52
Total 6 1 944 114 1323-135 547- 22 2820 272
Jeddah Saudi 1265 87 3005-250 704-121 4974 458
Asing - - - -
Total 1265 87 3005-250 704-121 4974 458
Madinah Saudi 25 5 1427 153 1395-163 330-53 2177 374
Asing 11 2 337 42 1032-111 261-33 1681 188
Total 36 7 1804 195 2427-274 591-86 4858 56
Ket. P: Pengunjung S: Sembuh





Faktor pendorong merokok dan upaya menghindarinya th. 1994
KETERANGAN KESELURUHAN %
Pendorong merokok pada permulaan
Main-main/Coba-coba 4455 50%
Jemu dan Waktu luang 3262 35%
Lain-lain 1565 15%
Pendorong Merokok Saat Sekarang
Sosialisasi 4316 46,5%
Kejiwaan dan Lingkungan 3707 39,3%
Lain-lain 1259 13,5%
Penyebab pertama kali merokok
Teman-teman 4231 45,6%
Pekerjaan 2357 25,4%
Rumah 1440 15,5%
Lain-lain 1254 13,5%
Penyembuhan
Positif 6863 73,9%
Negatif 2319 26,1%
Total
9282 100%






















REFERENSI

1. Al Qur’an al Karim .
2. Abu Muhammad Abdul Ghoni bin Abdul Wahid bin Surur al Maqdisy, at Targhib fid Du’a wal Hatstsu Alaih, Ibnu Taimiyah, Cairo, 1411 H-1991 M.
3. DR. Ismail Abdul Muthollib al Khotib: Sumum at-Tadkhin wa Wasailul Ilaaj, Dar az Zahra lin Nasyr, 1411 H-1990 M.
4. DR. Jabir bin Musa dkk: Al-Mukhoddiroot (Al-Akhtoor, Al-Mukafahah, Al-Wiqoyah, Al-Ilaaj). Dar al Murikh lin Nasyr, Riyadh, 1409 H-1986 M.
5. Al-Hafiz Abi Bakar bin Abi Dunia : Kitab At-Tawakkul Alallah, cet. Pertama, dar al-Basyair al Islamiyah, Beirut (Tahqiqi wa ta’liq Jasim al Fahid ad Dausiry) 1407 H-1987 M.
6. Ad-Dalil al-Aam lil Jamiyyah Al-Khairiyyah li Mukaafahati At-Tadkhin, percetakan Al-Kurrosah As-Suudiyah bi Riyadh, Riyadh, 1415/1416 H.
7. Simon Morgan: Kaifa Taqla’u an At-Tadkhin, cet. Pertama, daar as Suudiyah lin Nasyr wa Tauzi’, Jeddah, 1414 H-1994 M
8. Musthofa Muharram: At-Tadkhin (Atsaruhu fil Jismi wal Aql…wathariqatu Ibtholihi), cet. Kelima, Maktabah Wahbah, Cairo, 1411 H-1991 M.
9. Muhammad Ali al Bar: al Mauqif min at Thabagh wa at Tadkhin, cet. Pertama, Dar as Suudiyah lin Nasy wa Tauzi’, Jeddah, 1414 H-1416 M
10. Muhammad Ali al Bar: At-Tadkhin Wat-Thabagh Tijarot Al-Mautul Khosiroh, cet. Pertama, Dar as Suudiyah lin Nasy wa Tauzi’, Jeddah, 1414 M-1994 M.
11. Hisyam al Khotib: At-Tadkhin Wa Jismul Insan, cet. Pertama, 1408 H-1988 M.



















حقيقة التصوف وموقف الصوفية من أصول العبادة والدين HAKEKAT SUFI & SIKAP KAUM SUFI TERHADAP PRINSIP IBADAH DAN AGAMA

MUKADDIMAH

Segala puji hanya bagi Allah semata Rabb seluruh alam, Yang telah menyempurnakan agama ini dan nikmat-Nya untuk kita, Yang telah meridhoi Islam sebagai agama kita dan Yang memerintahkan kita untuk berpegang teguh kepadanya hingga kematian :

 يَـأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  [آل عمران: 102]
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” . (Ali-Imran: 102)
Dan itulah wasiat Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’kub -alaihimassalam- kepada anak-anaknya:

 وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبَ يَـبَنِيَّ إِنَّ اللهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  [البقرة: 132]

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (Al-Baqarah: 132)
Semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada hamba-Mu dan rasul-Mu, Nabi kita Muhammad, keluarganya dan shahabat-shahabatnya semua.
Sesungguhnya Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana firmannya:
 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ  [الذاريات: 56]
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (Adz-Dzariat: 56)

Dengan ibadah, manusia akan meraih kemuliaan, kebesaran dan kebahagiaan dunia dan akhirat, karena mereka membutuhkan Tuhannya. Manusia tidak da-pat melepaskan kebutuhannya terhadap Tuhannya walaupun sesaat, sedangkan Dia sama sekali tidak butuh kepada mereka (manusia) dan ibadahnya. Allah ta’ala berfirman:
 إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ  [الزمر: 7]

“Jika kalian kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)-kalian” (Az-Zumar: 7)

 وَقَالَ مُوسَـى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي اْلأَرْضِ جَمِيعاً فَإِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ  [إبراهيم: 8]

“Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (ni’mat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Ibrahim: 8)
Ibadah merupakan hak Allah atas hamba-Nya dan manfaatnya akan kembali kepada mereka. Siapa yang menolak beribadah kepada Allah, dia adalah orang yang takabbur (sombong). Siapa yang beribadah kepada Allah dan (juga) beribadah kepada yang selain-Nya, dia adalah orang musyrik. Siapa yang beribadah kepada Allah semata tidak dengan apa yang Allah syariatkan, maka dia adalah pelaku bid’ah. Siapa yang beribadah kepada Allah semata dengan apa yang Allah syari’atkan, dia adalah mu’min sejati.
Ketika seorang hamba sangat membutuhkan ibadah dan tidak mungkin bagi mereka untuk mengetahui sendiri hakekatnya yang diridhoi Allah ta’ala dan yang sesuai dengan agama ini, maka masalah ini tidak diserahkan begitu saja kepada mereka, karena itu Allah mengutus para rasul kepada hamba-hamba-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya untuk menjelaskan hakikat ibadah, sebagaimana firman-Nya :
 وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّـغُوتَ  [النحل: 36]
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “ Sembahlah Allah
(saja) dan jauhilah Thagut ) itu“. (An-Nahl: 36)

 وَمَـا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولِ إِلاَّ نُوْحِى إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُوْنِ  [الأنبياء: 25]

“Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (Al-Anbiya: 25)

Siapa yang menentang apa yang disampaikan para Rasul dan apa yang diturunkan dalam Kitab-Kitab-Nya tentang ibadah kepada Allah, kemudian dia beribadah kepada Allah semata-mata berlandaskan seleranya atau apa yang diingini hawa nafsunya atau apa yang dihias setan-setan manusia dan jin, maka dia telah sesat dari jalan Allah. Ibadah seperti itu pada hakekatnya bukan beribadah kepada Allah, akan tetapi beribadah kepada hawa nafsunya:

 وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَـوَهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللهِ  [القصص: 50 ]

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun”. (Al-Qhashash: 50)

Manusia jenis ini tergolong banyak, pelopornya adalah orang-orang Nashrani (Kristen) dan mereka yang sesat dari golongan umat ini seperti orang-orang tasawuf. Karena mereka telah menetapkan untuk mereka sendiri batasan ibadah yang bertentangan dengan apa yang Allah syari’atkan. Hal tersebut banyak mereka lakukan dalam penampilan-penam-pilan mereka. Kesesatan mereka akan semakin tampak manakala dijelaskan hakikat ibadah yang Allah syari’atkan melalui lisan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam serta penyimpangan dari hakikat ibadah yang dilakukan kalangan tasawuf saat ini .

RAMBU-RAMBU IBADAH
YANG BENAR

Sesungguhnya ibadah yang Allah syariatkan dibangun diatas pondasi dan pokok yang kokoh dan baku. Dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ibadah bersifat tauqifi ) dan harus bersumber dari musyarri’ (Yang berhak menetapkan syari’at) yaitu Allah ta’ala sebagaimana firman-Nya:

 فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلاَ تَطْغَوْا [هود: 112]
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas”. (Hud: 112)

 ثُمَّ جَعَلْنَـاكَ عَلَى شَرِيْعَةٍ مِنَ اْلأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ اَّلذِيْنَ لاَ يَعْلَمُونَ  [الجاثية: 18]
“Kemudian Kami jadikan kamu berada diatas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa naf-su orang-orang yang tidak mengetahui “. (Al-Jatsiah: 18)
Allah berfirman tentang nabi-Nya:
 إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوْحَـى إِلَيَّ  [الأحقاف: 9]
“Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku”. (Al Ahqaaf 9)

2. Ibadah harus dilakukan dalam keadaan ikhlas ) karena Allah ta’ala, suci dari pengaruh kesyirikan.
 فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً  [الكهف: 110]
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhnamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepadanya”. (Al-Kahfi: 110)

Jika ibadah tercampur dengan sesuatu kesyirikan, maka ibadah itu tidak akan bernilai. Firman Allah ta’ala :

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan” (Al-An’am: 88)


“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu: “Jika kamu memperse-kutukan Tuhan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. (Az-Zumar: 65-66)

3. Dalam ibadah hendaknya yang dijadikan panutan dan sumbernya adalah Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam:

 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ  [الأحزاب: 21]
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu”. (Al Ahzab 21)

 وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا  [الحشر: 7]
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkan-lah”. (Al-Hasyr: 7)
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

» مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ « [رواه مسلم]
“Siapa yang melaksanakan suatu amalan yang bukan termasuk urusan (agama) kami maka dia tertolak”
(Riwayat Muslim)
» مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ « [متفق عليه]
“Siapa yang mengada-ada dalam perkara (agama) kami yang bukan termasuk didalamnya maka dia tertolak”.
(Muttafaq alaih)
» صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّي « [متفق عليه]
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (Muttafaq alaih)
» خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ « [رواه مسلم]
“Ambillah kalian dariku manasik (haji) kalian”
(riwayat Muslim)
Dan riwayat-riwayat lainnya.

4. Ibadah telah ditetapkan berdasarkan waktu dan batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Misalnya sholat. Allah ta’ala berfirman:

 إِنَّ الصَّلَـوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتـباً مَوْقُوتاً 
[النساء: 103]


“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang beriman”. (An Nisa 103)

 الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُوْمَـتٌ  [البقرة: 197]
“(Masa mengerjakan) ibadah haji itu beberapa bulan yang telah diketahui”. (Al-Baqarah: 197)

 شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ  [البقرة: 185]
“(Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa diantara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah dia berpuasa pada bulan itu”. (Al Baqarah 185)

5. Ibadah harus terlaksana berdasarkan cinta kepada Allah ta’ala, merendahkan diri, takut dan harap kepada-Nya:

 أُولَئِكَ الَّذِيْنَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيْلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُوْنَ عَذَابَهُ  [الإسراء: 57]
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada kepada Tuhan mereka siapa diantara mereka yang lebih dekat kepada Allah dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya, sesungguhnya azab Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti”. (Al-Isra’: 57)

Allah berfirman tentang para nabi:

 إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَـشِعِيْنَ  [الأنبياء: 90]
“Sesungguhnya mereka senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan dan sentiasa berdoa kepada kami dengan penuh harapan serta takut dan mereka sentiasa khusyu’ kepada kami“. (Al-Anbiya: 90)

 قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِي يُحْبِبْكُمُ اللهَ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ  قُلْ أَطِيْعُوا اللهَ وَالرَّسُوْلَ فَإِنْ تَوَلَّوا فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْكَـــفِرِيْنَ  [آل عمران: 31-32]
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”. (Ali-Imran: 31-32)

Allat ta’ala telah menyebutkan tanda-tanda cinta kepada-Nya dan hasilnya. Adapun tanda-tandanya adalah mengikuti Rasulullah, ta’at kepada Allah dan ta’at kepada Rasul-Nya. Sedangkan buahnya adalah mendapatkan cinta Allah ta’ala, ampunan dosa dan dari rahmat dari-Nya.

6. Kewajiban ibadah tidak gugur bagi orang mukallaf (yang telah mendapatkan kewajiban), semen-jak dia baligh dan berakal hingga kematian-nya.

Allah ta’ala berfirman :
 وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  [آل عمران: 102]
“Janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (Ali Imran: 102)
 وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيـنُ  [الحجر: 99]
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu sesuatu yang diyakini (ajal)”. ( Al-Hijr: 99).

HAKEKAT TASAWUF

Kata “Tasawuf” dan “Sufi” belum dikenal pada masa-masa awal Islam, kata ini adalah ungkapan baru yang masuk ke dalam Islam yang dibawa oleh ummat-umat lain.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- dalam Majmu’ Fatawa berkata: “Adapun kata Sufi belum dikenal pada abad-abad ke tiga hijriah, akan tetapi baru terkenal setelah itu. Pendapat ini telah diungkapkan oleh lebih dari seorang imam, seperti Imam Ahmad bin Hambal, Abu Sulaiman Ad-Darani dan yang lain. Terdapat riwayat bahwa Abu Sufyan Ats-Tsauri pernah menyebut-nyebut tentang sufi, sebagian lagi mengungkapkannya dari Hasan Basri. Ada perbedaan pendapat tentang kata “sufi” yang disandingkan dibelakang namanya, yang sebenarnya itu adalah nama nasab seperti “qurosyi”, “madany” dan yang semacamnya.
Ada yang mengatakan bahwa kalimat sufi berasal dari kata: Ahlissuffah ) , hal tersebut keliru, karena jika itu yang dimaksud maka kalimatnya berbunyi : Suffiyy (صفِّيّ) . Ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah barisan (shaf) terdepan dihadapan Allah, hal itu juga keliru, karena jika yang dimaksud demikian, maka yang benar adalah: صفِّيّ . Ada juga yang mengatakan bahwa ungkapan tersebut bermakna: makhluk pilihan Allah (صفوة), itu juga keliru, karena jika itu yang dimaksud, maka ungkapan yang benar adalah Shafawy (صَفَوِي). Ada yang mengatakan bahwa kalimat sufi berasal dari nama seseorang yaitu Sufah bin Bisyr bin Ad bin Bisyr bin Thabikhah, sebuah kabilah arab yang bertetangga dari Mekkah pada zaman dahulu yang terkenal suka beribadah, hal inipun jika sesuai dari sisi kalimat namun juga dianggap lemah, karena mereka tidak terkenal sebagai orang-orang yang suka beribadah dan seandainyapun mereka terkenal sebagai ahli ibadah, maka niscaya julukan tersebut lebih utama jika diberikan kepada para shahabat dan tabi’in serta tabi’ittabiin. Disisi lain orang-orang yang sering berbicara tentang istilah sufi tidaklah mengenal suku ini dan mereka tentu tidak akan rela jika istilah tersebut dikatakan berasal dari sebuah suku pada masa jahiliah yang tidak ada unsur Islamnya sedikitpun. Ada juga yang mengatakan –dan inilah yang terkenal- bahwa kalimat tersebut berasal dari kata الصوف (wol), karena sesungguhnya itulah kali pertama tasawuf muncul di Basrah.
Yang pertama kali memperkenalkan tasawuf adalah sebagian sahabat Abdul Wahid bin Zaid sedangkan Abdul Wahid merupakan sahabat Hasan Al-Basri, dia terkenal dengan sikapnya yang berlebih-lebihan dalam hal zuhud, ibadah dan sikap khawatir (khouf), satu hal yang tidak di dapati pada penduduk kota saat itu. Abu Syaikh Al-Ashbahani meriwayatkan dalam sanadnya dari Muhammad bin Sirin yang mendapat berita bahwa satu kaum mengutamakan untuk memakai pakaian dari wol (shuf), maka dia berkata: “Sesung-guhnya ada suatu kaum yang memilih pakaian wol dengan mengatakan bahwa mereka ingin menyamai Al-Masih bin Maryam, padahal petunjuk nabi kita lebih kita cintai, beliau dahulu mengenakan pakaian dari katun atau lainnya, atau ucapan semacam itu”,
kemudian setelah itu dia berkata: “Mereka mengaitkan masalah itu dengan pakaian zahir yaitu pakaian yang terbuat dari wol maka mereka mengata-kannya sebagai sufi, akan tetapi sikap mereka tidak terikat dengan mengenakan pakaian wol tersebut, tidak juga mereka mewajibkannya dan menggan-tungkan permasalahannya dengan hal tersebut, akan tetapi dikaitkannya berdasarkan penampilan luarnya saja. Itulah asal kata tasawuf, kemudian setelah itu dia bercabang-cabang dan bermacam-macam” demi-kianlah komentar beliau –rahimahullah- ) yang men-jelaskan bahwa tasawuf mulai tumbuh berkembang di negri Islam oleh orang-orang yang suka beribadah di negri Basrah sebagai dampak dari sikap mereka yang berlebih-lebihan dalam zuhud dan ibadah dan kemudian berkembang setelah itu, bahkan para penulis belakangan sampai pada kesimpulan bahwa tasawuf merupakan pengaruh dari agama-agama lain yang masuk ke negri-negri Islam, seperti agama Hindu dan Nashara. Pendapat tersebut dapat dimengerti berdasarkan apa yang diucapkan Ibnu Sirin yang mengatakan: “Sesungguhnya ada beberapa kaum yang memilih untuk mengenakan pakaian wol seraya mengatakan bahwa hal tersebut menyerupai Al-Masih bin Maryam, padahal petunjuk Nabi kita lebih kita cintai”. Hal tersebut memberi kesimpulan bahwa tasa-wuf memiliki keterkaitan dengan agama Nashrani !!.
Doktor Sabir Tu’aimah menulis dalam bukunya: As-Sufiyah, mu’takadan wamaslakan (Sufi dalam aqidah dan prilaku): “Tampaknya tasawuf merupakan akibat dari adanya pengaruh kependetaan dalam agama Nashrani yang pada waktu itu para pendetanya mengenakan pakaian wol dan mereka banyak jumlahnya, yaitu golongan orang-orang yang total melakukan prilaku tersebut di negeri-negeri yang dimerdekakan Islam dengan pengaruh tauhid, semuanya memberikan pengaruh yang tampak pada prilaku generasi pertama dari kalangan tasawuf “ )
Syaikh Ihsan Ilahi Zahir –rahimahullah- dalam kitabnya: Tashawwuf Al-Mansya’ Walmashdar (Tasawuf, Asal Muasal dan Sumber-Sumbernya) berkata: “Jika kita amati ajaran-ajaran tasauf dari generasi pertama hingga akhir serta ungkapan-ungkapan yang bersumber dari mereka dan yang terdapat dalam kitab-kitab tasauf yang dulu hingga kini, maka akan kita dapatkan bahwa disana terdapat perbedaan yang sangat jauh antara tasauf dengan ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunnah, begitu juga kita tidak akan mendapatkan landasan dan dasarnya dalam sirah Rasulullah serta para shahabatnya yang mulia yang merupakan makhluk-makhluk Allah pilihan. Bahkan sebaliknya kita dapatkan bahwa tasawuf diadopsi dari ajaran kependetaan kristen, kerahiban Hindu, ritual Yahudi dan kezuhudan Buda” ).
Syekh Abdurrahman Al-Wakil –rahimahullah- ber-kata dalam mukadimah kitabnya: Mashra’ut Tashaw-wuf (keruntuhan tasauf): “Sesungguhnya tasauf rekayasa setan yang paling hina dan pedih untuk memperbudak hamba Allah dalam rangka memerangi Allah dan Rasul-Nya, diapun merupakan tameng orang-orang Majusi dengan berpura-pura seolah-olah bersumber dari Allah, bahkan dia merupakan tameng setiap sufi untuk memusuhi agama yang haq ini. Perhatikanlah, akan anda dapatkan didalamnya kependetaan Buda, Zoroaster, Manuiah dan Disaniah. Andapun akan mendapatkan didalamnya Platoisme, Ghanusiah, didalamnya juga terdapat unsur Yahudi, Kristen dan Paganisme (berhalaisme) Jahiliah “ ) .
Dari apa yang diketengahkan oleh para penulis muslim masa kini diatas tentang asal usul tasawuf, dan masih banyak selain mereka yang tidak dise-butkan yang menyatakan hal serupa, maka jelaslah bahwa sufi adalah sesuatu yang dimasukkan ke dalam ajaran Islam yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi pengikutnya dengan cara-cara yang aneh dan jauh dari hidayah Islam.
Mengenai disebutkannya secara khusus kalangan sufi generasi kemudian (muta’akhirin) adalah karena pada mereka banyak terdapat penyimpangan-penyimpangannya. Sedangkan kaum sufi terdahulu, mereka relatif lebih moderat, seperti Fudhail bin ‘Iad, Al-Junaid, Ibrahim bin Adham dan lain lain.


SIKAP KALANGAN TASAWUF
DALAM IBADAH DAN AGAMA

Orang-orang tasawuf –khususnya generasi terakhir- memiliki tata cara ibadah yang berbeda dari pedoman para salaf (ulama terdahulu) dan jauh meninggalkan Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka membangun agama dan ibadah mereka berdasarkan simbol-simbol dan istilah yang mereka buat-buat yang tersimpul dalam keterangan berikut :

1. Mereka hanya membatasi pelaksanaan ibadah berdasarkan rasa cinta dan mengabaikan sisi-sisi yang lain seperti rasa takut dan harap.
Sebagaimana yang diucapkan sebagian mereka: “Saya tidak beribadah kepada Allah karena mengharap surga, bukan juga karena takut neraka”.
Memang benar bahwa cinta merupakan hal yang sangat asasi untuk beribadah, akan tetapi ibadah tidak semata-mata berlandaskan cinta sebagaimana yang mereka sangka, dia merupakan satu sisi dari sekian banyak sisi selainnya, seperti rasa takut (khouf), harap (roja), merendah (Dzul), tunduk (Khudhu’), doa dan lain-lain. Ibadah adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh syekhul Islam Ibnu Taimiyah :

إِسْمٌ جَامِعٌ لِمَا يُحِبُّهُ اللهُ وَيَرْضَاهُ مِنَ اْلأَقْوَالِ وَاْلأَعْمَالِ الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ
“Ungkapan yang meliputi setiap apa yang Allah cintai dan ridhoi baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang zhahir (tampak) maupun yang bathin (tidak tampak)”.

Al Allamah Ibnu Qoyim berkata :


وَعِبَـادَةُ الرَّحْمَنِ غَـايَةُ حُبِّهِ
مَـعَ ذُلِّ عَـابِدِهِ هُمَا قُطْبَانِ
وَعَلَيْـهِمَا فَلَكُ الْعِبَـادَةِ دَائِرٌ
مَـا دَارَ حَتَّى قَامَتْ الْقُطْبَانُ
Menyembah Allah merupakan puncak kecintaannya
Bersama kerendahan hamba-Nya, keduanya merupa-kan dua kutub
Dan diatas keduanya rotasi ibadah berputar.
Dia tidak berputar sebelum keduanya tegak.

Karena itu sebagian salaf berkata:
مَنْ عَبَدَ اللهَ بِالْحُبِّ وَحْدَهُ فَهُوَ زِنْدِيْقٌ، وَمَنْ عَبَدَهُ بِالرَّجَاءِ وَحْدَهُ فَهُوَ مُرْجِئٌ، وَمَنْ عَبَدَهُ بِالْخَوْفِ وَحْدَهُ فَهُوَ حَرُوْرِيٌّ، وَمَنْ عَبَدَهُ بِالْحُبِّ وَالْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ مُوَحِّدٌ.
“Siapa yang beribadah kepada Allah dengan cinta semata maka dia adalah zindiq ), dan siapa yang beribadah kepada Allah dengan raja’ [harapan] semata maka dia adalah murjiah ) dan siapa yang beribadah kepada Allah dengan takut semata maka dia adalah haruri ), dan siapa yang beribadah kepada Allah dengan cinta, harap dan takut, maka dia adalah mu’min sejati”
Dan Allah telah menerangkan bahwa para Nabi dan Rasul-Nya berdoa kepada rabb mereka dengan rasa takut dan harap dan bahwa mereka mengharap rahmat-Nya dan takut atas azab-Nya dan bahwa mereka berdoa kepadanya dengan harap dan cemas.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah –rahimahullah- berkata : “Karena itu terdapat dalam kalangan (sufi) muta’akhirin (yang datang kemudian) yang berlebih-lebihan dalam masalah cinta hingga bagai orang yang kemasukan setan serta pengakuan-pengakuan yang menafikan ibadah”.
Beliau juga berkata : “Banyak orang-orang yang beribadah dengan pengakuan kecintaannya kepada Allah menempuh jalan yang bermacam-macam karena kebodohan mereka terhadap agama, baik dalam bentuk melampaui batasan-batasan Allah, atau mengabaikan hak-hak Allah atau dengan pengakuan-pengakuan bathil yang tidak ada hakikatnya”. )
Dia juga berkata: “Dan diantara mereka ada yang berlebih-lebihan dalam mendengarkan syair-syair cinta dan kerinduan. Memang sesunggunya itulah tujuan mereka, oleh karena itu Allah menurunkan ayat tentang cinta sebagi ujian bagi kecintaan mereka, sebagaimana firmannya :
 قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ  [آل عمرن: 31]


“Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu”. (Ali Imran: 31)
Seseorang tidak dikatakan mencintai Allah kecuali bila dia mengikuti rasul-Nya dan ta’at kepadanya. Hal tersebut tidak akan terwujud kecuali dengan merealisasikan ibadah. Masalahnya banyak diantara mereka yang mengaku cinta akan tetapi keluar dari syariat dan sunnah Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, kemudian setelah itu berhujjah dengan khayalan-khayalan -yang tidak cukup dalam pembahasan ini untuk menyebutkannya- hingga salah seorang diantara mereka menganggap gugurnya perintah atau menghalalkan yang haram baginya”.
Syaikhul Islam juga berkata: “Banyak diantara mereka yang sesat karena mengikuti perkara-perkara bid’ah seperti sikap zuhud, atau beribadah yang tidak berdasarkan ilmu dan cahaya dari Al-Quran dan As-Sunnah, sehingga mereka terjerumus sebagaimana terjerumusnya orang-orang Nashrani yang mengaku cinta kepada Allah tapi menyalahi syariatnya dan meninggalkan mujahadah (bersungguh-sungguh) dija-lannya atau yang semacamnya”.
Dengan demikian maka jelaslah bahwa hanya mengandalkan sisi cinta tidak dinamakan sesuatu itu sebagai ibadah, bahkan bisa jadi justru akan membawa pelakunya kepada kesesatan dan keluar dari agama.

2. Kalangan sufi pada umumnya tidak menem-puh cara keberagamaan yang benar, yaitu beribadah dengan tidak merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah serta tidak meneladani Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Mereka justru merujuk kepada selera mereka atau apa yang diajarkan guru-guru mereka lewat tarekat-tarekat, atau zikir dan wirid-wirid yang penuh bid’ah. Kadang-kadang mereka berdalil dengan kisah-kisah, mimpi-mimpi atau hadits-hadits maudhu’ ) untuk mendukung pendapat mereka ketimbang berdalil dari Al-Quran dan As-Sunnah. Itulah landasan yang dibangun diatasnya “agama” sufi.
Sebagaimana diketahui bahwa sebuah ibadah tidak dikatakan ibadah yang shahih (benar) kecuali jika dia dibangun diatas landasan Al Quran dan As Sunnah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
“Mereka –orang-orang Sufi- berpegang teguh dalam agama untuk bertaqarrub kepada rabb mereka seba-gaimana berpegang teguhnya orang-orang nashara terhadap ucapan-ucapan mutasyabih (samar) atau hikayat-hikayat yang tidak diketahui sejauh mana kebenaran yang menceritakannya, seandainyapun benar dia bukanlah orang yang ma’shum. Maka jadilah mereka pengekor dan guru-guru mereka sebagai peletak syariat bagi agama mereka sebagaimana orang-orang Nashrani menjadikan pendeta-pendeta mereka sebagai peletak syariat bagi agama mereka……”
Karena sumber tempat mereka merujuk dalam agama dan ibadah dengan tidak kepada Al-Quran dan As-Sunnah, maka akibatnya mereka terpecah belah berkelompok-kelompok, firman Allah ta’ala :

 وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ  [الأنعام: 153]
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya…”. (Al An’am 153)

Jalan Allah hanya satu, tidak terbagi dan tidak terpecah belah, selainnya berarti jalan-jalan yang terpecah belah yang akan menceraiberaikan orang yang menempuhnya dan menjauhkannya dari jalan yang lurus (sirathal mustaqim). Masalah ini berlaku bagi kelompok tasawuf, karena setiap firqah (kelompok) memiliki caranya sendiri-sendiri, berbeda dari firqoh yang lain. Setiap firqah memiliki syekh (guru) yang mereka namakan syek tariqah (guru tarekat) yang menentukan kepada mereka pedoman yang berbeda dari pedoman firqah yang lainnya dan menjauh dari siratalmustaqim (jalan yang lurus). Dan syekh ini yang mereka sebut syekh tariqah memiliki wewenang mutlak untuk menentukan sedang mereka (murid-muridnya) hanya menjalankan apa yang dia ucapkan tanpa boleh membantahnya sama sekali . Bahkan hingga mereka berkata:
الْمُرِيْدُ مَعَ شَيْخِهِ يَكُوْنُ كَالْمَيِّتِ مَعَ غَاسِلِهِ
“Al-Murid ) dihadapan syekhnya bagaikan mayat di-hadapan orang yang memandikannya”.
Kadang-kadang sebagian syekh tersebut mengaku bahwa apa yang diperintahkan kepada murid-murid dan pengikut-pengikutnya dia terima langsung dari Allah.

3. Termasuk ajaran tasawuf adalah berpegang teguh pada zikir-zikir atau wirid-wirid yang telah ditetapkan guru-guru mereka.
Mereka menjadikannya sebagai pegangan dan sarana beribadah dengan membacanya bahkan bisa jadi mereka lebih mengutamakannya daripada membaca Al-Quran. Mereka menamakannya sebagai zikrulkhassah (zikir untuk orang-orang khusus). Sedangkan zikir yang terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunnah mereka namakan dengan zikirulammah (zikir untuk orang awam). Ucapan لا إله إلا الله bagi mereka adalah zikirulammah, sedangkan zikir khassah-nya adalah kalimat tunggal, yaitu lafaz: الله, dan zikir khassatulkhassah (yang lebih khusus lagi) adalah :هو (Dia).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah berkata : “Siapa yang menyatakan bahwa hal tersebut, yaitu ucapan:
لا إله إلا الله sebagai zikirulammah dan zikirulkhassah-nya adalah kata tunggal (الله), dan zikir yang lebih khususnya lagi (هو) yaitu isim dhomir (kata ganti) maka dia sesat dan menyesatkan. Jika mereka berdalih dengan firman Allah ta’ala :
 قُلِ اللهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُوْنَ  [الأنعام : 91]
“Katakan: “Allah” (yang menurunkannya), kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dengan kesesatannya” (Al An’am: 91)
Maka hal itu merupakan kekeliruan mereka yang paling nyata, bahkan merupakan upaya mereka yang mengubah-ubah kata dari makna yang sebenarnya. Karena kata (الله) disebut dalam ayat tersebut sebagai perintah atas pertanyaan dari ayat sebelumnya, yaitu firman Allah ta’ala :

 مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوْسَى نُوْراً وَهُدىً لِّلنَّاسِ 
[الأنعام: 91]
“Siapakah yang menurunkan kitab Taurat yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia”
hingga firman Allah ta’ala :
 قُلِ اللهُ 
“Katakanlah: Allah”
maksudnya Allah-lah yang menurunkan Al-Quran yang dibawa Musa alaihissalam.
Kata Allah merupakan mubtada’ (yang diterangkan) dan khobar-nya (yang menerangkan) adalah kalimat pertanyaan tersebut. Sebagai perbandingan misalnya jika anda bertanya: Siapa tetanggamu ?, maka dia menjawab: Zaid. Sedangkan kata tunggal baik tampak ataupun kata gantinya tidaklah dikatakan kalimat sempurna, bukan juga susunan yang dipahami (jumlah mufidah), tidak juga berkaitan dengan keimanan dan kekufuran, atau perintah dan larangan, tidak ada seorangpun dari ulama pendahulu yang me-nyebutkannya, tidak juga diajarkan oleh Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, tidak juga memberikan ma’rifah (pemahaman) yang bermanfaat dalam hati atau keadaan. Dan ketika diberikan gambaran secara mutlak, maka dia tidak mengandung hukum nafy (peniadaan) dan itsbat (penetapan) ). hingga sebagian mereka yang mengamalkan dengan kontinyu zikir dengan kata tunggal (الله) atau dengan: (هو) terjerumus dalam sebagian pemahamam atheis (tidak mengakui adanya Tuhan) atau semacam kepercayaan manunggaling (kepercayaan bersatunya Allah dengan makhluknya). Sedangkan apa yang disinyalir bahwa sebagian syekh berkata :
“Saya takut mati dalam keadaan antara nafy (meniadakan tuhan) dan itsbat (menetapkan Allah)”.
Sesungguhnya kondisi seperti itu tidak akan ditemui oleh yang mengucapkannya. Tidak diragukan bahwa dugaan tersebut terdapat kekeliruan, karena jika seseorang mati dalam kondisi tersebut (antara meniadakan tuhan dan menetapkan tuhan) maka dia mati dalam keadaan apa yang dia niatkan atau yang dia maksud, karena amal itu tergantung niatnya. Apalagi ada riwayat shahih bahwa Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mentalqinkan orang yang sedang sekarat dengan ucapan : لا إله إلا الله, seraya bersabda :
» مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ «
“Siapa yang akhir ucapannya Laa Ilaaha Illallah, dia masuk syurga”
Seandainya apa yang dia sebutkan terlarang, niscaya orang yang sedang sekarat tidak di-talqinkan dengan kalimat yang dikhawatirkan dia meninggal dalam keadaan tidak terpuji. Karena itu zikir dengan kata tunggal (الله) atau kata ganti (هو) merupakan sesuatu yang jauh meninggalkan sunnah dan termasuk kepada bid’ah serta lebih dekat kepada penyesatan setan. Karena siapa yang mengatakan :
يَا هُوَ يَا هُوَ atau هُوَ هُوَ
atau yang semacamnya, maka tempat kembali dari kata ganti tesebut tidak lain kecuali apa yang digambarkan hatinya, sedangkan hati bisa jadi mendapat petunjuk atau sesat. Pengarang kitab “Al-Fushush” telah menyusun suatu kitab yang diberi nama : "الهُو" (Sang Dia).
Sebagian mereka menyangka bahwa maksud firman Allah ta’ala :
 وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهُ إِلاَّ اللهُ  [آل عمران : 7]
“Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah”. (Ali Imran: 7)
adalah: tidak ada yang mengetahui tafsir dari nama ini yang ternyata dia selain Dia.
Kaum muslimin bahkan para pemikir sepakat bahwa hal tersebut merupakan kebatilan yang nyata. Bisa jadi ada sebagian yang memiliki pemahaman yang sama. Saya katakan kepada sebagian yang mengatakan hal seperti itu bahwa seandainya itu yang anda katakan maka niscaya ayatnya berbunyi: وما يعلم تأويل هو dengan terpisah ), maksudnya kata (هو) ditulis terpisah dari kata (تأويل) ..
4. Sikap berlebih-lebihan kalangan tasawuf terhadap -siapa yang mereka katakan- para wali dan syekh yang bertentangan dengan aqidah Ahlus-sunnah waljamaah.
Aqidah Ahlussunnah Waljamaah adalah aqidah yang membela wali-wali Allah dan memerangi musuh-musuhnya. Allah ta’ala berfirman:

 إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلَـوةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَـوةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ  [المائدة : 55]
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)”. (Al Ma’idah: 55)
 يَـأَيـُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَـاءَ 
[الممتحنة : 1]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia”. (Al Mutahanah: 1)
Wali-wali Allah adalah orang-orang beriman yang bertaqwa, yaitu mereka yang menegakkan shalat, menunaikan zakat dan mereka tunduk kepada-Nya. Kita wajib mencintai mereka, mengikuti jejak langkah mereka dan menghormati mereka. Kewalian bukan merupakan jatah bagi orang-orang tertentu, setiap mu’min yang bertaqwa adalah wali Allah ta’ala, tetapi dia bukan orang yang ma’shum (terjaga) dari kesalahan. Inilah makna kewalian dan kewajiban mereka menurut pendapat Ahlussunnah Waljamaah.
Sedangkan kalangan tasawuf memiliki pengertian dan ciri-ciri sendiri mengenai wali, mereka menentu-kan status kewalian kepada orang-orang tertentu tanpa landasan syari’at atas kewalian mereka, bahkan bisa jadi mereka memberikan status wali kepada orang yang tidak diketahui keimanannya dan ketaqwaannya, atau justru dia dikenal sebagai wali dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai kewalian yang dimaksud dalam ajaran Islam, seperti sihir, tipu muslihat dan menghalalkan yang haram. Bahkan mereka kalangan tasauf lebih mengutamakan untuk memohon kepada para wali tersebut daripada kepada para nabi sebagaimana ucapan salah seorang diantara mereka:

مَقَامُ النُّبُوَّةِ فِي بَرْزَخٍ فُوَيْقَ الرَّسُوْلِ وَدُوْنَ الْوَلِيِّ
“Kedudukan kenabian dalam barzakh sedikit lebih tinggi dari kedudukan rasul dan lebih rendah dari wali“

Mereka juga berkata:
“Sesungguhnya para wali mengambil dari tempat malaikat mengambil sesuatu dari sumber itu yang kemudian dia wahyukan kepada para rasul”.
Mereka (kalangan sufi) juga mengaku bahwa para wali tersebut ma’shum.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata: “Banyak manusia yang keliru dalam masalah ini sehingga dia mengira bahwa seseorang adalah wali Allah, dia juga mengira bahwa wali Allah adalah setiap orang yang perkataannya dan perbuatannya diterima dan dipegang meskipun bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah, lalu mereka setuju dengan orang tersebut dan menentang apa yang Allah ajarkan lewat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam yang telah Allah wajibkan kepada seluruh hamba-Nya untuk membenarkan apa yang diberitakan dan mentaati apa yang diperintahkan. mereka (kalangan tasauf) menyerupai orang-orang Nashrani yang Allah katakan tentang mereka :

 اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِنْ دُوْنِ اللهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا إِلَـهاً وَاحِداً، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ  [التوبة : 31]
“Mereka menjadikan ulama, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka memper-tuhankan) Al-Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”.
(At Taubah: 31)
Di dalam Al-Musnad dan dishahihkan oleh Turmuzi dari ‘Adi bin Hatim tentang tafsir ayat diatas ketika Nabi menyatakan hal itu (orang-orang Kristen yang menyembah pendeta-pendeta mereka), maka dia (‘Adi bin Hatim) berkata: Sungguh mereka tidak menyembah pendeta-pendetanya, maka Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Bukankah mereka (pendeta-pendeta itu) menghalalkan untuk mereka apa yang diharamkan serta mengharamkan untuk mereka apa yang dihalalkan kemudian mereka menta’atinya?, itulah bentuk ibadah mereka kepada pendeta-pendetanya”.
Sikap orang-orang Nashrani ini banyak anda dapatkan pada kebanyakan dari mereka (orang-orang tasawuf): Misalnya adanya keyakinan bahwa seseorang yang menjadi wali Allah, dia dapat mengetahui berbagai perkara atau kejadian yang terjadi diluar adat kebiasaan, misalnya dengan menunjuk kepada seseorang, maka dia langsung mati, atau terbang di udara ke Mekkah, atau berjalan diatas air, atau memenuhi ketel dari udara, atau ada sebagian orang yang meminta pertolongan dengannya saat dia tidak ada atau setelah kematiannya kemudian disaksikan-nya bahwa orang itu mendatanginya dan memenuhi permintaannya, atau memberitahu manusia tentang barang yang kecurian, barang yang hilang, penyakit atau yang semacamnya. Semua hal tersebut bukan menunjukkan bahwa pelakunya adalah wali Allah.
Bahkan para ulama sepakat bahwa seseorang yang mampu terbang di udara atau jalan di atas air maka hendaklah kita tidak cepat terpesona sebelum melihat bagaimana dia mengikuti ajaran Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam terhadap apa yang diperintahkan dan yang dilarang.
Karomah para wali Allah lebih agung dari semua perkara-perkara aneh tersebut. Kejadian-kejadian yang terjadi di luar adat kebiasaan manusia, pelakunya bisa jadi wali Allah dan bisa jadi musuh Allah, karena hal tersebut banyak terjadi pada orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, ahli kitab dan orang-orang munafik, dapat juga terjadi pada ahli bid’ah atau mungkin bersumber dari syetan. Karena itu seseorang tidak boleh menyangka bahwa siapa yang memiliki perkara aneh luar biasa maka dia adalah wali Allah. Akan tetapi wali Allah dapat dinilai dengan sifat-sifat, amal perbuatan dan tingkah laku mereka yang ditunjukkan oleh Al-Quran As-Sunnah. Mereka dapat juga diketahui berdasarkan cahaya Al Quran, hakekat keimanan yang tersembunyi dan syari’at Islam yang tampak.
Semua kejadian diatas (kejadian di luar adat kebiasaan manusia) dan yang semacamnya bisa saja terjadi pada seseorang yang tidak pernah berwudhu, tidak shalat fardhu, berkubang dengan najis dan bergaul dengan anjing, yang bersemedi di wc-wc, tempat-tempat kotor, kuburan dan tempat-tempat sampah. Baunya busuk, tidak bersuci dengan cara yang syar’i serta tidak bersih-bersih.
Jika seseorang dikenal berkubang dengan najis dan hal yang menjijikkan yang disukai setan, atau dia bertapa di kamar mandi dan tempat-tempat kotor yang didiami setan, atau dia memakan ular dan kala-jengking, kumbang, serta kuping anjing yang merupa-kan binatang-binatang yang menjijikkan atau minum air kencing, najis dan semacamnya yang disukai setan, atau dia berdoa kepada selain Allah, meminta tolong kepada makhluk, memohon kepadanya dan sujud di depan syekhnya serta tidak memurnikan agama untuk Tuhan semesta alam, atau bergaul dengan anjing atau api atau bertapa di kuburan apalagi ternyata kuburannya adalah kuburan orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nashrani serta orang-orang musyrik, atau benci untuk mendengarkan Al Quran atau menghindar darinya, bahkan dia lebih mengutamakan untuk mendengar nyanyian-nyanyian atau sya’ir-sya’ir atau mendengarkan seruling-seruling setan daripada mendengarkan kalamullah. Maka semua itu merupakan tanda-tanda dari wali-wali setan. )
Kalangan tasawuf tidak hanya sampai sebatas itu yaitu dengan memberi gelar kewalian kepada orang semacam mereka, bahkan berlebih-lebihan terhadap mereka dengan memberikan beberapa sifat-sifat ketuhanan kepada mereka, yaitu dengan mengatakan bahwa mereka berperan atas apa yang terjadi di alam raya ini, mengetahui yang ghaib, dapat memenuhi setiap permohonan yang tidak mampu merealisasi-kannya kecuali Allah, nama-nama mereka disebut-sebut saat ada bencana padahal mereka telah mati atau tidak ada ditempat tersebut, mereka diminta untuk memenuhi kebutuhan dan menolak kesulitan, memberikan gelar kesucian dalam kehidupan mereka, kemudian menyembahnya setelah mereka wafat, membangun diatas kuburnya bangunan-bangunan dan mengambil barokah dengan tanah mereka dan thawaf di atas kubur mereka, dan bertaqarrub kepada mereka dengan berbagai macam nazar, menyebut-nyebut nama mereka dalam memohon kebutuhan-kebutuhan mereka . Inilah semua manhaj orang-orang tasawuf dalam masalah perwalian ataupun para wali.

5. Termasuk bagian dari ‘agama tasawuf yang bathil adalah taqarrub-nya mereka kepada Allah dengan nyanyian dan tarian, memukul rebana dan bertepuk tangan. Mereka katakan bahwa semua itu adalah ibadah kepada Allah.
Dr. Sobir Tu’aimah berkata dalam kitabnya: As-Sufiah Mu’taqadan wa Maslakan (Tasawuf, keyakinan dan jalan hidupnya): “Tarian sufi telah menjadi ciri khas pada sebagian besar tarekat-tarekat tasawuf dalam berbagai kesempatan peringatan kelahiran tokoh-tokoh mereka, yaitu dengan berkumpulnya para pengikut tarekat tersebut untuk mendengarkan alunan suara musik yang keluar dari sekitar dua ratus orang pemusik, baik laki maupun wanita, sementara para pembesar duduk-duduk sambil menghisap berbagai macam rokok dan para pemimpin mereka serta para pengikutnya melakukan bacaan atas sebagian khurofat yang berkaitan orang-orang mati dikalangan mereka. Setelah berbagai penelitian, kami sampai pada kesimpulan bahwa penggunaan musik di kalangan tarekat tasawuf masa kini merujuk kepada apa yang disebut sebagai “Nyanyian kristiani hari Minggu“”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah menjelaskan tentang awal mula timbulnya tasawuf serta sikap para ulama tentang hal tersebut dan apa saja yang mereka perbuat.
“Ketahuilah bahwa hal tersebut bukan muncul pada kurun tiga abad pertama yang terkenal utama, tidak di Hijaz ) tidak juga di Syam ), tidak di Yaman tidak juga di Mesir, tidak di Maroko tidak juga di Irak, tidak juga di Khurasan. Di negri-negri tersebut tidak ada –pada waktu itu- orang alim, shaleh, zuhud dan ahli ibadah yang berkumpul untuk mendengarkan tepuk tangan dan suara bersiul, dengan rebana atau dengan telapak tangan, tidak juga dengan potongan kayu. Akan tetapi semua itu terjadi di akhir abad ke tiga. Dan ketika para imam melihatnya, merekapun mengingkarinya. Imam Syafi’i rahimahullah berkata: “Ketika saya meninggalkan Baghdad ada sesuatu yang dibuat-buat oleh orang-orang zindiq yang mereka namakan Taghbir (nyanyian sufi) yang menghalangi orang dari Al Quran”. Yazid bin Harun berkata : “Tidak ada yang melakukan nyanyian sufi kecuali orang yang fasiq, entah kapan hal itu berawal ?”.
Imam Ahmad ditanya tentang hal tersebut, maka dia menjawab: Saya tidak menyukainya, itu adalah perkara yang diada-adakan. Ada yang berkata: Apakah kita boleh duduk bersama mereka, beliau menjawab: Jangan. Begitu juga semua imam agama membencinya, para pembesar masyaikh tidak menghadirinya, Ibrahim bin Adham tidak menghadirinya tidak juga Fudhail bin Iyadh, tidak juga Ma’ruf Al Karkhi, tidak Abu Sulaiman Ad-Daariny, tidak juga Ahmad bin Abilhawary, Sirry Saqty dan yang semacam mereka.
Sedangkan sejumlah ulama terhormat yang sempat menghadiri acara-acara mereka, pada akhirnya meninggalkannya, tokoh-tokoh ulama mencela pelaku-pelakunya sebagaimana yang dilakukan oleh Abdul Qadir dan Syekh Abul Bayan dan lain-lainnya. Sedangkan Imam Syafi’i yang menyatakan bahwa hal tersebut bersumber dari orang-orang zindiq, beliau adalah seorang imam dan ahli dalam Ushululislam (kaidah dasar-dasar Islam). Disamping karena hal tersebut tidak didengar kecuali oleh mereka yang dituduh zindiq seperti Ibnu Ruwandi, Al-Farabi dan Ibnu Sina serta yang semacam mereka. Sedangkan orang-orang yang hanif pengikut Ibrahim –alaihis-salam- yang Allah jadikan dia sebagai imam dan penganut agama Islam yang tidak menerima dari seorangpun agama selainnya dan mengikuti syariat Rasul terakhir Nabi Muhammad saw, maka tidak ada pada mereka orang yang menyukainya dan menye-rukan kepada perbuatan semacam itu. Mereka (yang dimaksud orang Islam) adalah pengikut Al Quran, keimanan dan petunjuk dan kebahagiaan, cahaya dan kemenangan, ahli ma’rifah, ilmu dan keyakinan serta keikhlasan kepada Allah, mencintai-Nya, tawakkal kepada-Nya, takut dan kembali kepada-Nya.
Sedangkan bagi mereka yang memiliki pengetahuan tentang hakekat agama ini, keadaan hati, ma’rifahnya, seleranya serta perasaannya segera mengetahui bahwa mendengarkan orang yang bersiul dan bertepuk tangan tidaklah mendatangkan manfaat bagi hati dan kemaslahatan, tetapi justru mengandung kemudha-ratan dan bahaya yang lebih parah, hal tersebut bagi ruh seperti khamar bagi jasad, karena mengakibatkan pelakunya mabuk melebihi mabuknya seseorang dari khamar sehingga mereka merasakan kelezaran tanpa dapat membedakan, sebagaiman yang dirasakan orang yang mabuk karena minum khamar, bahkan dapat terjadi lebih banyak dan lebih besar dari peminum khamar, mencegah mereka dari zikir kepada Allah dan dari shalat melebihi apa yang dapat mencegah mereka karena minum khamar. Mendatangkan kepada mereka pertikaian dan permusuhan lebih besar dari apa yang didapatkan dari khamar”.
Dia juga berkata: “Adapun tarian, tidak diperintahkan oleh Allah, begitu juga Rasul-Nya, tidak juga salah seorang imam, akan tetapi Allah berfirman dalam kitab-Nya:
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ  [لقمان: 19]
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu”. (Luqman: 19)

 وَعِبَادُ الرَّحْمَـنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى اْلأَرْضِ هَوْناً  [الفرقان: 63]
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati”. (Al-Furqan: 63)
maksudnya dengan tenang dan penuh wibawa, sedangkan ibadahnya orang beriman adalah ruku’ dan sujud”.
Bahkan rebana dan tarian tidak diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, tidak pula oleh seseorang dari kalangan salaf umat ini. Adapun perkataan orang-orang bahwa hal tersebut adalah jaring yang digunakan untuk “menjaring” orang-orang awam adalah benar adanya, karena kebanyakan mereka menjadikan jaring tersebut untuk mendapatkan makanan atau roti diatas makanan. Allah ta’ala berfirman:
 يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيْراً مِنَ اْلأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُوْنَ أَمْوَالَ النَّاسِ باِلْبَاطِلِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ  [التوبة: 34]
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya seba-gian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang bathil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah”. (At-Taubah: 34)
Yang melakukan hal tersebut adalah tokoh-tokoh kesesatan yang dikatakan kepada pemimpin-pemimpin mereka:
 وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّوْنَا السَّبِيْلاَ ● رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْناً كَبِيْراً  [الأحزاب : 67-6]
“Dan mereka berkata: “ Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta’ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”.
(Al Ahzab 67-68)
Sedangkan jala yang dimaksud untuk menjaring massa, sesungguhnya adalah jala yang robek dimana buruannya keluar lagi jika telah masuk ke dalamnya, karena yang masuk untuk mendengar suara-suara bid’ah dalam tarekat sedang dia tidak memiliki landasan syari’at Allah dan Rasul-Nya, akan terwarisi dalam dirinya kondisi yang parah…. ).
Kalangan tasawuf yang mendekatkan diri kepada Allah dengan nyanyian dan tarian, tepat bagi mereka firman Allah ta’ala :
 الَّذِيْنَ اتَّخَذُوا دِيْنَهُمْ لَهْواً وَلَعِباً  [الأعراف: 51]
“(Yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau” (Al-A’raf: 51)

6. Termasuk dari kebathilan ajaran tasawuf adalah apa yang mereka katakan bahwa ada derajat dimana orang yang memilikinya dapat keluar dari beban syariat seiring meningkatnya derajat tasawuf orang tersebut.
Mulanya tasawuf bermakna -sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jauzi: Olah jiwa-: “membentuk watak dengan mengusir prilaku buruk dan mengarahkannya kepada akhlak mulia, berupa zuhud, santun, sabar, ikhlas dan jujur”.
Inilah yang dipahami oleh generasi pertama dari kalangan tasawuf, kemudian Iblis mengecoh mereka dalam beberapa hal, kemudian menyesatkan orang-orang sesudah mereka dan pengikut mereka. Maka setelah berlalu satu abad, keinginan Iblis untuk menyesatkan semakin menjadi-jadi hingga berhasil menyesatkan generasi belakangan. Prinsip dari penyesatan Iblis adalah mencegah mereka dari ilmu dan menggiring mereka kepada pemahaman bahwa yang paling penting adalah amal ), maka ketika pelita ilmu padam dari mereka, mereka berjalan terhuyung-huyung dalam kegelapan, diantara mereka ada yang mengatakan bahwa tujuan sebenarnya adalah meninggalkan dunia secara keseluruhan, mereka menolak merawat tubuh mereka dan menyerupakan harta dengan kalajengking, mereka lupa bahwa harta diciptakan untuk maslahat, mereka berlebih-lebihan membebani jiwa hingga ada diantara mereka yang hampir-hampir tidak pernah berbaring. Mereka sebenarnya punya tujuan yang baik, akan tetapi cara mereka tidak tepat. Diantara mereka yang karena sedikit ilmunya beramal berdasarkan hadits-hadits palsu (maudhu) sedang dirinya tidak mengetahuinya, kemudian datang setelah itu orang-orang berbicara kepada mereka tentang lapar, kefakiran, was-was (keraguan) dan lintasan-lintasan pemikiran lalu mereka mengarang buku tentang hal tersebut; seperti Harits Al-Muhasibi, kemudian datang yang lain lagi lalu menyusun mazhab sufi dan memberinya kekhu-susan dengan sifat-sifat tertentu; penampilan lusuh, nyanyian sentimentil, tarian dan tepuk tangan. Kemudian perkaranya terus berkembang, para guru tarekat tersebut meletakkan beberapa perkara dan berbicara tentang kondisi-kondisi mereka, dan mereka jauh dari ulama, mereka melihat bahwa pada guru mereka terdapat kelebihan sehingga mereka menyebutnya dengan ilmu batin sementara ilmu syariat mereka anggap sebagai ilmu zahir. Diantara mereka ada yang karena rasa lapar melahirkan khayalan-khayalan yang rusak sehingga mereka mengaku tengah bermesraan dengan Al-Haq dan terbuai dengan-Nya. Seakan-akan mereka sedang menghayal seorang yang dengan paras menawan yang membuat mereka jatuh hati.
Mereka berada dalam kekufuran dan bid’ah, kemudian dari berbagai kaum yang ada mereka terpecah-pecah dalam berbagai macam tarekat, maka rusaklah aqidah mereka. Diantara mereka ada yang menyatakan ajaran Al-Hulul (peleburan antara dirinya dengan tuhan), ada juga yang mengatakan Al-Ittihad (Tuhan berada dalam dirinya), dan Iblis terus menjerumuskan mereka dengan berbagai macam bid’ah hingga mereka menjadikan untuk diri mereka ajaran-ajaran tertentu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah berkata tentang kaum yang terus menerus melakukan olah jiwa kemudian mereka menyatakan bahwa diri mereka telah sampai pada tingkatan hakekat. Lalu mereka berkata: “kami sekarang tidak peduli lagi dengan apa yang kami ketahui, sesungguhnya perintah dan larangan adalah aturan untuk orang awam, seandainya mereka telah sampai pada hakekat maka gugurlah segala kewajiban pada mereka, dan kandungan kenabian itu adalah untuk mendatangkan hikmah dan maslahat, tujuan-nya adalah untuk mengikat orang orang awam, dan kami bukan lagi termasuk orang awam, kami telah masuk pada wilayah disingkirkannya setiap beban, karena kami telah sampai pada hakekat dan telah mengetahui hikmah”.
Maka Syaikhul Islam menjawab: “Tidak diragukan bagi kalangan berilmu dan beriman bahwa ucapan seperti itu adalah ucapan yang sangat sarata dengan kekufuran, dia lebih buruk dari ucapan orang Yahudi dan Nashrani. Karena orang Yahudi dan orang Nashrani mengimani sebagian isi Al Kitab dan ingkar kepada sebagian lainnya. Mereka (Yahudi dan Nash-rani) memang benar-benar orang kafir, tapi mereka tetap mengakui bahwa Allah memiliki perintah dan larangan, janji dan ancaman dan semua itu mengenai diri mereka juga hingga mati, hal ini jika mereka tetap berpegang teguh terhadap Agama Yahudi dan Nashrani yang sudah diubah dan dihapus, adapun orang-orang munafik di kalangan mereka sebagaimana pada umumnya, terjadi pada filosuf mereka, mereka lebih buruk dari kalangan munafik umat ini (umat Islam), karena mereka menampakkan kekufuran dan menyembunyikan kemunafikan, maka mereka lebih buruk dari yang orang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kemunafikan”.
Maksudnya adalah bahwa orang-orang yang tetap berpegang teguh dengan sejumlah keyakinan yang telah dihapus dan kandungannya telah mengalami perubahan itu lebih baik dari mereka yang mengaku telah gugurnya perintah dan larangan dalam diri mereka secara keseluruhan, karena dengan demikian mereka keluar dari semua kitab-kitab suci, syariat-syariat dan ajaran-ajaran dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan Allah baik perintah maupun larangan. Bahkan mereka lebih buruk dari orang-orang musyrik yang masih memegang teguh dengan sisa-sisa ajaran Nabi Ibrahim alaihissalam, karena pada diri mereka ada sedikit kebenaran yang mereka pegang teguh, meskipun dengan demikian mereka tetap orang-orang musyrik. Sedang mereka, orang-orang yang mengaku tersebut tidak ada keterikatan sama sekali dari kebenaran karena mereka mengaku bahwa semua itu sia-sia, tidak ada lagi perintah dan larangan buat mereka. Diantara mereka ada yang berhujjah dengan firman Allah ta’ala :
 وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ  [الحجر: 99 ]
“Dan sembahlah tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)”. (Al-Hijr: 99)
Mereka mengatakan bahwa artinya adalah : “Sem-bahlah Tuhanmu hingga kamu meraih ilmu dan ma’rifah, jika kamu mendapatkan hal tersebut maka gugurlah kewajiban ibadah darimu”. Sebagian lain mungkin ada yang berkata: “Beramallah hingga engkau mencapai derajat tertentu, jika telah sampai derajat tasawuf, maka gugurlah ibadah darimu”. Dan mereka adalah orang-orang yang apabila telah tercapai maksudnya berupa ma’rifah dan kondisi tertentu, maka baginya diperbolehkan untuk meninggalkan kewajiban-kewajiban dan melaksanakan yang diharamkan. Ini adalah kekufuran sebagaimana yang telah lalu. Dalil mereka atas firman Allah ta’ala :
 وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ  [الحجر : 99 ]
“Dan sembahlah tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal))”. (Al-Hijr: 99)
sebenarnya itu adalah dalil yang memberatkan mereka bukan yang membela mereka. Hasan Basri berkata: “Sesungguhnya Allah tidak membatasi kapan seseorang boleh meninggalkan amal shaleh kecuali setelah datang kematiannya”, kemudian beliau membaca ayat : واعبد ربك حتى يأتيك اليقين, karena yang dimaksud اليقين dalam ayat tersebut adalah kematian dan sesudahnya berdasarkan kesepakatan ulama. Hal tersebut seperti firman Allah ta’ala:

 وَمَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ  قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّيْنَ  وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِيْنَ  وَكُنَّا نَخُوْضُ مَعَ الْخَائِضِيْنَ  وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّيْنِ  حَتَّى أَتَانَا الْيَقِيْنَ  [المدثر: 42-47]
“Apakah yang memasukkan kamu kedalam Saqar (neraka) ?”. Mereka menjawab: “ Kami dahulu termasuk orang-orang yang tidak mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. Dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya. Dan adalah kami mendustakan hari pembalasan. Hingga datang kepada kami kematian”. (Al-Mudatsir: 42-47)
Hal ini mereka katakan saat mereka berada dalam neraka jahannam, mereka katakan bahwa dosa yang mereka perbuat adalah meninggalkan shalat dan zakat serta mendustakan hari kiamat, membicarakan yang bathil kepada orang-orang yang bathil, hingga datang kepada mereka kematian (اليقين). Sebagaiman diketahui bahwa saat mereka berkata demikian, mereka bukanlah orang-orang beriman dengan semua itu di dunia ini dan bukan pula orang-orang yang Allah katakan tentang mereka:
 وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ  [البقرة: 4]
“Serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat“
(Al-Baqarah: 4)
Jadi yang dimaksud dengan ayat: Hattaa ya’tiyakal yakin, adalah hingga datang kepada mereka apa yang dijanjikan, yaitu Al-yaqin (kematian).
Ayat tersebut menunjukkan atas wajibnya ibadah bagi seorang hamba sejak dia menginjak usia baligh dan berakal hingga kematiannya. Dan tidak ada kondisi sebelum kematian dimana beban kewajiban menjadi gugur sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang tasawuf.













PENUTUP

Itulah “agama” tasawuf yang dulu maupun sekarang, dan itulah sikap mereka dalam ibadah, kami berbicara tentang mereka semata-mata bersumber dari buku-buku mereka kecuali sedikit saja (yang berasal dari buku diluar mereka) serta buku-buku yang mengkritik mereka dan apa yang menunjukkan aktivitas-aktivitas mereka pada masa kini. Itupun yang saya bahas dari satu sisi saja dari sekian banyak pembahasan pada mereka, yaitu dari sisi ibadah dan sikap mereka tentang hal tersebut. Dan masih banyak sisi-sisi lain yang butuh pembahasan-pembahasan, seperti sikap mereka tentang tauhid, kerasulan, tentang syariat, taqdir dan yang lainnya.
Kita mohon kepada Allah ta’ala agar memper-lihatkan kepada kita bahwa yang haq itu adalah haq dan memberikan kekuatan kepada kita untuk mengikutinya dan memperlihatkan kepada kita bahwa yang bathil itu adalah bathil dan memberikan kekuatan kepada kita untuk menjauhinya dan agar Dia tidak menggoyahkan hati-hati kita setelah kita diberi petunjuk oleh-Nya.

وصلى الله وسلم على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم




DAFTAR ISI

Mukaddimah ……………………………………………. 5
Rambu-rambu ibadah yang benar ………………… 9
Hakekat tasawuf ……………………………………….. 15
Sikap kalangan tasawuf dalam ibadah dan agama …………………………………………………….. 21
Penutup ………………………………………………….. 50
Daftar Isi …………………………………………………. 51

















Hakekat







e

يَـأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
[آل عمران: 102]

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam”

(Ali-Imran: 102)